Beragam strategi pemasaran dilakukan pengelola tempat wisata, seperti potongan harga tiket, promosi di online besar-besaran, dan lainnya.
Berangkat dari musibah yang menimpa seluruh dunia ini, ada satu museum yang akan buka dengan konsep virtual.
Dilansir dari Lonely Planet, sebuah museum virtual pertama hadir di masa pandemi yang memaksa seluruh ruang publik untuk tutup.
Ide ini berasal dari institusi seni bernama brick-and-mortar yang berusaha keras memikirkan jalan keluar dari kelumpuhan ini.
Institusi kesenian ini juga telah meluncurkan tur virtual untuk menyeimbangkan kerugian yang dialaminya.
Sekarang, terobosan baru hadir, yakni museum sepenuhnya menggunakan ruang digital, tepatnya dengan teknologi digital virtual.
VOMA atau Virtual Online Museum of Art akan dibuka pada 4 September 2020. Museum pertama dengan konsep interaktif virtual, mengembangkan karya-karya kontemporer dan klasik dari seluruh dunia.
Lee Cavaliere adalah pengelola semua koleksi yang akan ditampilkan dalam VOMA.
Akan ada sejumlah karya dari museum-museum ternama, diantaranya dari Museum Hermitage, Institusi Kesenian Chicago, Museum Seni Metropolitan New York.
Maha karya dari sejumlah seniman juga akan hadir seperti:
Di museum ini, akan ada beberapa galeri yang dihadirkan. Satu galeri akan berikan pameran yang mengekspolari hubungan antar manusia.
Sementara galeri lain menampilkan "Degrenerate Art Show" atau "Pertunjukan Seni yang Memburuk" karya ulang dari pameran Nazi di tahun 1937 yang mengecam karya seniman "merosot".
Max Beckmann dan Henri Matisse adalah seniman yang menunjukan bagaimana seni dipergunakan sebagai alat penindasan.
Selain itu, ada juga Ruang Kesenian yang dibuat Kenya-Inggris Phoebee Boswell. Ruangan ini ditujukan sebagai bentuk penghormatan kepada seniman muda dan dirinya karena telah berinovatif dengan karya digital pertama mereka ini.
Perpaduan seni dan teknologi digital
Para arsitek, perancang CGI, pemain game dan kurator berkolaborasi menyatukan seni dengan grafik komputer dan game interaktif. Hal ini yang akan menjadikan museum terasa hidup bagi para pengunjungnya nanti.
Karya-karya dipamerkan dengan resolusi tinggi dan antar karya dibuat saling berkesinambungan.
Pengunjung bisa berpindah dari satu ruangan ke ruangan lainnya secara bebas kapan pun dan kemana pun.
Sepi, sunyi, kosong
Stuart Semple, selaku penata museum mengatakan, "tontonan virtual terasa seperti tempat sepi, sunyi, kosong, dan kadang terasa tidak nyaman." Hal ini yang menjadi tantangan besar dalam membangun VOMA.
"Dalam membangun dan mengelola Voma, kami ingin menghindari rasa tersebut, dimana tidak jauh beda dengan berjalan ke dalam ruang galeri yang arogan, sunyi dan sedikit rasa minder"
Stuart juga menambahkan, mereka ingin pengunjung merasa pameran ini menjadi ruang mereka.
Diharapkan pengunjung balik lagi ke museum virtual yang bisa diakses di voma.space ini. Entah karena memang menyukai program ini atau sekedar bersantai.
https://travel.kompas.com/read/2020/08/31/220500527/museum-virtual-pertama-di-dunia-segera-dibuka-serasa-koleksi-pribadi