Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pengalaman WNI Idul Adha di Swiss, Sulit Cari Tempat Shalat Id

KOMPAS.com – Umat Islam di seluruh dunia tengah bersuka cita memperingati Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah 1443 Hijriah.

Kemeriahan Idul Adha begitu terasa di tanah air. Tapi bagaimana jika kita tinggal atau tengah berada di negeri orang, terutama di negara minoritas Muslim.

Afrizal Lisdianta, Warga Negara Indonesia (WNI) yang kini tengah berada di Swiss mengatakan, Idul Adha di negara tersebut dirayakan selama beberapa hari.

Menurutnya, Pemerintah Swiss menerapkan hari nasional perayaan Idul Adha mulai Jumat (08/07/2022) hingga Selasa (12/07/2022). 

Afi, sapaan akrab Afrizal, menjelaskan bahwa umat Islam di Swiss diperbolehkan memilih mau merayakan Idul Adha pada tanggal berapa.

Dirinya memilih merayakan Idul Adha pada Sabtu (09/07/2022) mengikuti Arab Saudi. Idul Adha dirayakannya di Kota Stein am Rhein.

"Kalau saya tetap mengikuti Arab Saudi. Jadi saya merayakan Idul Adha pada tanggal 9 Juli,” jelas Afi kepada Kompas.com, Minggu (10/07/2022).

Puasa Arafah di dua negara

Laki-laki yang bekerja sebagai Chief Operating Officer (COO) di perusahaan bidang penerjemah dan IT itu mengungkapkan dirinya juga melaksanakan puada sehari sebelum Idul Adha atau Puasa Arafah.

Saat itu, ia melaksanakan sahur di Jerman dan menjalankan puasa dalam perjalanan ke Swiss.

Berbeda dengan puasa di Indonesia, durasi puasa di negara Eropa, seperti Jerman dan Swiss, saat ini cenderung lebih lama. 

Durasi puasa yang dijalaninya kemarin lebih panjang daripada jika berpuasa di tanah air. Sebab, saat ini Swiss sedang mengalami musim panas sehingga matahari muncul lebih lama.

Bahkan  kata dia, pukul 21.00 waktu setempat, matahari masih belum terbenam.

“Puasanya lama, di sini kurang lebih 17 sampai 18 jam,” ujar Afi. 

Selama puasa, dia melakukan perjalanan dengan kereta dari Jerman menuju Swiss. Lama perjalanannya sekitar lima sampai enam jam dan berganti kereta sampai tiga kali. 

“Karena sekarang masih musim panas itu lumayan terasa capeknya. Panasnya juga terasa meski tidak sepanas di Indonesia,” tutur Afi. 

“Sekali makan di Swiss itu rata-rata 15 sampai 20 Franc Swiss, kalau di-Rupiahkan sekitar Rp 250.000 sampai Rp 300.000,” ujarnya.

Karena cukup sering berkunjung ke Swiss, Afi kerap membawa makanan instan, seperti mi atau sarden, serta sedikit beras demi menghemat pengeluaran.

Sulit temukan tempat untuk shalat Idul Adha

Lantaran baru pertama kali melaksanakan Idul Adha di Swiss, Afi masih belum mengetahui di mana ada pelaksanaan shalat Idul Adha.

Dia mendapatkan informasi jika bisa shalat di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang ada di Kota Bern. 

Namun, jarak dari Stein am Rhein ke Bern memakan waktu dua hingga tiga jam perjalanan jika menggunakan kereta.

Ia pun mencari alternatif lain dan menemukan informasi tentang masjid terdekat, seperti di Kota Schaffhausen dan lainnya, namun tak kunjung menemukan yang paling dekat.

Pada akhirnya, ia terpaksa tak mengikuti pelaksanaan shalat Idul Adha karena tak menemukan lokasi yang dekat dan kondisi kesehatannya kurang baik setelah perjalanan dari Jerman ke Swiss.

“Intinya kecapekan banget dan saya tidak sanggup sepertinya, apalagi harus naik kereta beberapa jam juga (untuk mencari tempat shalat),” kata Afi.

Selama Idul Adha di Swiss, ia mengahabiskan waktunya untuk memasak di guest house dan memakan rendang instan.

Walaupun tidak mendapatkan daging kurban dan menyantapnya, dia merasa cukup senang karena masih bisa makan rendang saat Idul Adha.

https://travel.kompas.com/read/2022/07/11/080501527/pengalaman-wni-idul-adha-di-swiss-sulit-cari-tempat-shalat-id

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke