Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Fakta Museum Taman Prasasti Jakarta, Bekas Pemakaman Orang Asing

KOMPAS.com - Museum Taman Prasasti Jakarta merupakan sebuah museum ikonis dengan ratusan koleksi prasasti nisan yang tertancap di dalamnya.

Beralamat di Jalan Tanah Abang 1, Jakarta Pusat, museum seluas 1,3 hektar itu dulunya sebuah kompleks pemakaman khusus orang asing di Batavia yang dibuat oleh Pemerintah Belanda pada 1795.

"Itu bertahan sampai 1975," ucap Petugas Museum Taman Prasasti, Eko Yudi, saat ditemui Kompas.com, Sabtu (28/1/2023).

Berikut sejumlah fakta menarik seputar Museum Taman Prasasti yang Kompas.com rangkum buat kamu.

Fakta Museum Prasasti

1. Bekas pemakaman orang asing di Batavia

Sebelum menjadi museum, sejak tahun 1795 lokasi ini dulunya merupakan kompleks pemakaman yang dibuat oleh pemerintah Belanda khusus untuk orang asing yang tinggal di Batavia.

Selain orang Belanda, terdapat juga beberapa orang berkebangsaan Inggris, Amerika, dan Indonesia yang dimakamkan di sana.

Di museum ini, pengunjung bisa melihat batu nisan HF Roll, pendiri STOVIA atau sekolah kedokteran zaman Belanda yang menjadi cikal bakal Fakultas Kedukteran Universitas Indonesia.

Ada juga batu nisan Olivia Marianne Raffles, istri dari Thomas Stamford Raffles yang menjabat sebagai Gubernur Hindia Belanda periode 1811-1816.

Selain itu, di sini kamu juga bisa menemjkan batu nisan Marius Hulswit, sang perancang sekaligus yang membangun Gereja Katedral pada tahun 1899-1901, hingga nisan seorang aktivis Soe Hok Gie.

Awalnya pemakaman tersebut memiliki luas 5,5 hektar, dengan jumlah makam mencapai ribuan.

Hingga pada akhirnya Gubernur DKI Jakarta terdahulu, Ali Sadikin, ingin menjadikan pemakaman tersebut sebagai Museum Prasasti.

Sisa tanah yang digunakan untuk museum pun dikecilkan hingga 1,3 hektar.

Meski dulunya bekas kuburan, kini tidak ada lagi jenazah yang bersemayam di bawah nisan Museum Taman Prasasti.

"Ini museum, ya. Tidak ada jenazah, sudah diangkat semua jenazahnya, makanya disebut Museum Prasasti, isinya batu-batu nisan saja," kata Yudi.

Semua jenazah sudah dipindahkan ke sejumlah lokasi. Ada yang diurus pihak keluarga, ada yang dipindahkan area Tanah Kusir dan Menteng Pulo Jakarta (kini Kasablanka).

"Pemindahan itu sudah selesai dilakukan dari tahun 1970-an, dan dibuka jadi museum tahun 1977 sudah tidak ada lagi jenazahnya," tambahnya.

Yudi memaparkan, kini tercatat ada 993 koleksi prasasti nisan di Museum Taman Prasasti Jakarta.

Dari jumlah tersebut, hanya ada 32 nisan in situ, atau nisan yang posisinya tidak berpindah sejak awal lokasi ini menjadi kompleks pemakaman hingga saat ini.

"Kami sudah penataan ulang, hanya ada 32 nisan in situ, artinya lokasi nisan tidak berubah sejak awal sampai sekarang," tuturnya.

Adapun ciri-ciri nisan in situ ini bisa dilihat dari ukurannya yang lebih besar dibandingkan prasasti nisan lainnya.

"Yang ada rumahnya, ada patungnya itu asli. Kalau lempengan itu sudah pindah sana-sini," kata dia.

Museum Taman Prasasti terbuka untuk aneka aktivitas komunitas, hingga bisa menjadi tempat syuting dan pemotretan.

Namun, museum ini tidak mengizinkan pengambilan gambar bertemakan horor.

"Kami terbuka untuk segala permintaan, tur, pemotretan, dan boleh syuting film, yang penting jangan horor saja, karena kami lebih ke edukasi."

"Kalau tujuannya memperkenalkan museum dalam konteks horor itu enggak boleh," pungkas dia.

https://travel.kompas.com/read/2023/02/01/090400827/4-fakta-museum-taman-prasasti-jakarta-bekas-pemakaman-orang-asing

Terkini Lainnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke