Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Fakta Menarik Masjid Istiqlal, Lokasinya Bekas Benteng Belanda

KOMPAS.com - Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, dibangun sejak masa pemerintahan Presiden pertama Republik Indonesia (RI), Soekarno, dan Wakil Presiden pertama RI, Mohammad Hatta. 

Proses pembangunan masjid berlangsung selama satu tahun, terhitung sejak pemancangan tiang pertama oleh Soekarno pada 24 Agustus 1961 dan peresmian oleh Presiden Soeharto pada 22 Februari 1978.

  • Sejarah Masjid Istiqlal, Masjid Terbesar di Asia Tenggara
  • Makna Arsitektur Masjid Istiqlal, Lambang Nasionalisme dan Agama

"Kata Bung Karno (Soekarno), masjid ini dibangun bukan untuk tiga abad, melainkan untuk 3.000 tahun yang akan datang," kata Imam Besar Masjid Istiqlal Nazaruddin Umar saat ditemui Kompas.com di Masjid Istiqlal, Selasa (14/2/2023).

Walau sudah 45 tahun berdiri sebagai masjid negara, nyatanya Masjid Istiqlal masih menyimpan beberapa fakta menarik yang mungkin jarang diketahui oleh masyarakat.

Saat berbincang dengan Imam Besar Masjid Istiqlal Nazaruddin Umar di Masjid Istiqlal pada Selasa (14/2/2023), tim Kompas.com menemukan empat fakta menarik Masjid Istiqlal. Simak selengkapnya:

Sejauh ini, Masjid Istiqlal dikenal sebagai rumah ibadah yang letaknya langsung berhadapan dengan gerbang depan Gereja Katedral.

Namun faktanya, arah bangunan Masjid Istiqlal bukanlah menghadap ke arah Gereja Katedral, melainkan ke dua arah sekaligus. 

Bagian badan masjid menghadap ke arah kiblat (arah barat), dan bagian lainnya menghadap ke arah Monumen Nasional (Monas).

"Konsep dari Bung Karno, semua bangunan di sekitar Monas itu harus menghadap ke Monas. Sementara (arah) kiblat dan Monas tidak simetris," katanya.

Syarat bangunan menghadap ke arah Monas ini, kata Nazaruddin, merujuk kepada kebudayaan Jawa.

Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam kebudayaan Jawa, sebuah pusat pemerintahan terdiri dari alun-alun yang ada di dekat keraton, pasar, dan rumah ibadah.

Dalam hal ini, Monas dianalogikan sebagai alun-alun, Istana Negara dianalogikan sebagai keraton, Pasar Tanah Abang dianalogikan sebagai pasar, dan Masjid Istiqlal dianalogikan sebagai rumah ibadah.

Akan tetapi mengingat arah kiblat dan arah Monas yang tidak simetris, alhasil Masjid Istiqlal dibangun dengan konstruksi bangunan yang menghadap ke dua arah. 

Di dalam buku Friedrich Silaban karya Setiadi Sopandi (2017) terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, Friedrich, selaku arsitek, merancang Masjid Istiqlal yang berpusat pada dua sumbu.

Sumbu pertama merujuk pada kiblat dan sumbu kedua merujuk pada titik tengah Lapangan Medan Merdeka yang saat ini merupakan kawasan Monas.

Bangunan Masjid Istiqlal dirancang Friedrich sebagai "pasangan",  istilah ini disebut juga sebagai "architectonise tegenhanger" dan "architectiral counterpart" .

Artinya, dua arah bangunan ini dipahami sebagai lambang nilai religiusitas atau "ketuhanan", serta nilai kebangsaan yang diasosiasikan sebagai "keduniaan" maupun "otoritas".

Nazaruddin mengatakan bahwa Masjid Istiqlal dibangun di kawasan bekas benteng Belanda, yaitu Benteng Frederick Hendrik dan bekas lahan Taman Wilhelmina.

Dikutip dari laman resmi Istiqlal, Taman Wilhelmina ini dulu dibangun oleh Gubernur Jenderal Van Den Bosch pada 1834.

"Di sini (dulu) pusat kerajaannya Belanda, Benteng Wilhelmina," kata Nazaruddin.

Pemilihan lokasi Masjid Istiqlal merupakan usul dari Bung Karno. Nazaruddin menyampaikan, keputusan tersebut mulanya sempat ditolak oleh Bung Hatta (Mohammad Hatta) karena kawasan bekas benteng tersebut tampak tidak terlalu ramai.

Akan tetapi, setelah melakukan perundingan, akhirnya mendapat kata sepakat untuk membangun Masjid Istiqlal di tanah bekas benteng Belanda.

Salah satu bukti peninggalan zaman Belanda di kawasan Masjid Istiqlal yang masih ada sampai saat ini yaitu lubang besar serupa terowongan bawah tanah di bawah bangunan masjid.

Menurut Nazaruddin, terowongan tersebut dulunya merupakan tempat pelarian pada zaman Belanda. Bahkan, jika dilakukan proses pelacakan terowongan saat ini, terowongan tersebut akan terdeteksi.

"Dulu tempat pelarian kalau ada apa-apa. (Orang yang masuk ke terowongan) tiba-tiba bisa muncul di Gajah Mada, atau tiba-tiba bisa muncul di Borobudur, jadi ini (terowongan bawah tanah) bercabang-cabang," terangnya. 

Akan tetapi guna menjaga keamanan kawasan Masjid, kata Nazaruddin, saat ini akses terowongan bawah tanah tersebut ditutup.

Beberapa bulan lalu, Masjid Istiqlal mendapat predikat sebagai green mosque atau rumah ibadah ramah lingkungan pertama di dunia dari International Finance Corporation (IFC).

Nazaruddin mengatakan, predikat tersebut didapatkan secara tiba-tiba tanpa diketahui ada yang meneliti.

"Kami juga tidak tau, tiba-tiba ada yang meneliti. Ini pertimbangannya tidak hanya dari masjid, tetapi termasuk gereja, kuil, pura, dan rumah ibadah lainnya," katanya.

Lebih lanjut, dikatakan ada beberapa faktor pendukung yang menjadi alasan gelar tersebut diberikan kepada Masjid Istiqlal.

Seperti sirkulasi air di Masjid Istiqlal yang berasal dari pori-pori resapan, dan pemanfaatan energi matahari sebagai solar sistem untuk kebutuhan energi di Masjid Istiqlal. 

https://travel.kompas.com/read/2023/02/16/200000727/4-fakta-menarik-masjid-istiqlal-lokasinya-bekas-benteng-belanda

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke