Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

10 Tempat Bersejarah di Yogyakarta untuk Merayakan HUT Kemerdekaan RI

KOMPAS.com - Mengunjungi tempat bersejarah di Yogyakarta bisa menjadi salah satu alternatif kegiatan merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan RI. 

Seperti diketahui, Kota Yogyakarta adalah salah satu kota bersejarah di Indonesia. Bahkan, daerah istimewa ini sempat menjadi ibu kota negara pada 1946 karena kondisi Jakarta kala itu tidak kondusif.

  • Stasiun Tugu Yogyakarta Jadi Stasiun ke-2 Favorit WNA di Indonesia
  • 5 Beda Keraton Yogyakarta dan Solo, Berawal dari Perjanjian Jatisari

Yogyakarta memiliki berbagai peninggalan bersejarah, termasuk Keraton Yogyakarta yang merupakan pecahan dari Kerajaan Mataram Islam. Adapula sejumlah tempat bersejarah di Yogyakarta yang menjadi saksi perjuangan meraih dan mempertahankan kemerdekaan RI.

Tempat bersejarah di Yogyakarta

Kompas.com merangkum tempat bersejarah di Yogyakarta sebagai berikut. Dengan mengunjungi tempat bersejarah tersebut, wisatawan bisa mengenang perjuangan para pahlawan dalam meraih dan mempertahankan kemerdekaan RI.

Monumen Jogja Kembali (Monjali) adalah sebuah monumen yang dibangun untuk memperingati kembalinya Yogyakarta sebagai ibu kota Indonesia, setelah sempat direbut oleh Belanda pada 1949 silam, seperti dikutip dari website resminya.

Ciri khas Monjali adalah bangunan berbentuk kerucut menyerupai tumpeng. Museum ini memiliki koleksi sekitar 1.108 benda bersejarah, seperti miniatur, replika, kendaraan, senjata api, senjata tradisional, foto dokumentasi, relief, diorama, dan lainnya.

Lokasi Monjali berada di Jalan Ring Road Utara, Jongkang, Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. 

Keraton Yogyakarta merupakan ikon budaya dan wisata Yogyakarta. Selain berfungsi sebagai tempat kediaman sultan, sebagian area Keraton Yogyakarta dapat dikunjungi oleh wisatawan.

Tak hanya rekreasi, wisatawan bisa belajar sejarah Keraton Yogyakarta dan mengenal budaya Jawa. Wisatawan bisa mengunjungi area museum Keraton Yogyakarta untuk melihat berbagai koleksi benda bersejarah, seperti batik para sultan, lukisan, perlengkapan perang, dan sebagainya.

Selain itu, wisatawan bisa melihat pertunjukkan seni, berbincang dengan para abdi dalem, dan menyaksikan upacara adat. Harga tiket masuk area Kedhaton atau Keraton Yogyakarta adalah Rp 15.000 bagi wisatawan domestik dewasa dan Rp 10.000 untuk anak-anak.

Tak jauh dari Keraton Yogyakarta, wisatawan bisa menjumpai tempat bersejarah, Benteng Vredeburg. Bangunan ini dulunya digunakan sebagai markas Belanda untuk memantau kegiatan di dalam Keraton Yogyakarta.

Saat berkunjung ke Benteng Vredeburg, wisatawan akan menjumpai minirama Kongres Boedi Oetomo, diorama pelantikan Soedirman sebagai Panglima Besar TNI, mesin ketik Surjopranoto, kendil yang digunakan oleh Soedirman, dokumen Soetomo, dan sebagainya.

Terdapat beberapa bangunan di dalam benteng, seperti rumah perwira, rumah residen, asrama prajurit, gudang senjata, gudang logistik, hingga rumah sakit, seperti dikutip dari laman  Dinas Kebudayaan Yogyakarta.

  • Museum Kereta Keraton Yogyakarta Kembali Dibuka, Tiket mulai Rp 15.000
  • 6 Fakta Tugu Yogyakarta, Pernah Runtuh akibat Gempa 

4. Istana Kepresidenan Gedung Agung

Tepat di seberang Benteng Vredeburg, terdapat Istana Kepresidenan Gedung Agung. Bangunan ini adalah tempat bersejarah di Yogyakarta karena  merupakan bangunan sarat nilai sejarah, karena menjadi saksi berbagai peristiwa penting di Yogyakarta.

Gedung Agung selesai dibangun pada 1832. Gedung tersebut dipakai sebagai tempat tinggal para residen dan Gubernur Belanda di Yogyakarta. Bangunan ini sempat rusak berat pada saat terjadi gempa bumi besar pada 1867.

Dari 1946 hingga 1949, gedung ini menjadi tempat kediaman resmi Presiden Soekarno, saat Kota Yogyakarta menjadi ibu kota Indonesia. Kini, Gedung Agung merupakan salah satu Istana Kepresidenan Indonesia yang ada di luar DKI Jakarta.

Wisatawan bisa masuk ke area Istana Kepresidenan Gedung Agung namun secara terbatas, serta melalui sejumlah prosedur.

Kotagede merupakan pusat Kerajaan Mataram Islam yang merupakan cikal bakal dari Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta. Secara administratif, Kotagede merupakan kawasan kota lama yang masuk wilayah Kabupaten Bantul.

Mengutip website Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, kota kuno bekas ibukota Kerajaan Mataram Islam ini sudah berdiri sejak 1532 masehi.

Jika berkunjung ke Kotagede, wisatawan akan menyaksikan beragam peninggalan budaya seperti Masjid Agung dan Pasar Kotagede. Selain itu, banyak bangunan yang mempertahankan arsitektur Jawa kuno di Kotagede.

Tugu Pal Putih, yang dikenal juga sebagai Tugu Yogyakarta atau Tugu Jogja merupakan salah satu ikon Kota Yogyakarta. Tempat bersejarah ini berada di persimpangan antara Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Marga Utama (dulunya Jalan Mangkubumi), Jalan Diponegoro, dan Jalan AM. Sangaji.

Pada mulanya, tugu ini merupakan Tugu Golong Gilig yang dibangun pada 1755 saat masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I, seperti dikutip dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Sayangnya, pada 10 Juni 1867, bangunan Tugu Golong Gilig diguncang gempa bumi hingga runtuh. Pada 1889, di masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwana VII, tugu kembali dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda yang merupakan bangunan Tugu Jogja sekarang ini.

Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 didirikan untuk  memperingati perjuangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) bersama rakyat pada tanggal bersejarah tersebut. Lokasi monumen ini berada di Titik Nol Kilometer Yogyakarta.

Serangan Umum 1 Maret 1949 merupakan sebuah respons atas Agresi Militer Belanda II yang menjadikan Yogyakarta sebagai sasaran utamanya, seperti dikutip dari website Museum Benteng Vredeburg.

Saat itu, ibu kota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta karena situasi di Jakarta tidak aman. Kini, area Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 kerap menjadi area pertunjukkan oleh para seniman lokal.  

  • Harga Tiket Masuk Pantai Parangtritis Yogyakarta Terbaru
  • 5 Aktivitas di Museum Kereta Keraton Yogyakarta yang Baru Buka Lagi

8. Museum Sasmitaloka

Dalam bahasa Jawa, Sasmitaloka berarti tempat untuk mengingat dan mengenang. Nama ini diberikan, lantaran Museum Sasmitaloka didirikan untuk mengenang jasa dan pengabdian Jendral Sudirman.

Berdasarkan informasi dari website Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Museum Sasmitaloka menempati sebuah gedung yang dibangun  pada 1890.

Bangunan tersebut pernah menjadi kediaman dinas resmi Jendral Sudirman dan keluarga, sejak 18 Desember 1945 sampai 19 Desember 1948.

Museum Sasmitaloka memiliki sejumlah koleksi, antara lain patung-patung Jendral Sudirman, koleksi persenjataan dan berbagai piagam penghargaan, peralatan dan seragam Jenderal Sudirman, termasuk replika tandu yang digunakan saat perang gerilya.

Tempat bersejarah di Yogyakarta selanjutnya adalah Taman Sari yang berada di kawasan Keraton Yogyakarta. Dari Keraton Yogyakarta, wisatawan dapat menuju ke Taman Sari dengan berjalan kaki, naik becak, andong, dan kendaraan lainnya.

Kompleks Taman Sari dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I sebagai tanda penghargaan atas jasa permaisuri. Sebab, sang permaisuri turut menderita waktu Hamengku Buwono I melakukan PerangGiyanti.

Dulunya, fungsi dari Taman Sari adalah tempat rekreasi dan peristirahatan bagi Sultan Hamengku Buwono I, permaisuri, anak-anak, dan kerabatnya. Tak heran, Taman Sari memiliki beberapa area, di antaranta kolam pemandian, tempat ganti pakaian, taman-taman, dan ruangan untuk menari.

Candi Prambanan merupakan kompleks candi bercorak Hindu terbesar di dunia yang sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia (world heritage) oleh UNESCO. Sebagian kawasan Candi Prambanan masuk wilayah Klaten, sementara lainnya masuk daerah Sleman, Yogyakarta.

Lokasi Candi Prambanan cukup strategis yakni di jalan utama yang menghubungkan Yogyakarta-Solo. Kawasan candi terbagi menjadi tiga halaman yang dibatasi dengan pagar keliling.

Pada komplek Candi Prambanan, terdapat arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter. Candi Prambanan dibangun pada masa Raja Rakai Pikatan, yang memerintah Mataram Kuno antara 840-856 masehi

https://travel.kompas.com/read/2023/08/01/135500927/10-tempat-bersejarah-di-yogyakarta-untuk-merayakan-hut-kemerdekaan-ri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke