Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ekspor Batik Belum Signifikan, Menparekraf Dorong Peningkatan 30 Persen

KOMPAS.com - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan bahwa batik masih belum memberikan nilai tambah ekonomi yang tinggi.

Kendati merupakan identitas bangsa dan sudah mendapatkan penghargaan UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda, promosi batik masih terus didorong.

  • Jakarta Pernah Punya Kampung Batik, Kini Sudah Tiada
  • Hari Batik Nasional 2 Oktober 2023, Museum Batik Indonesia di TMII Diresmikan

“Dari total nilai ekspor 27 miliar dollar AS (Amerika Serikat), batik belum ini menjadi pemain utama,” kata Menparekraf dalam Weekly Press Briefing secara daring, Senin (2/9/2023).

“Saya berharap batik yang sekarang porsinya untuk nilai tambah ekonomi kreatif ini belum terlalu signifikan, di masa yang akan datang saya prediksi akan naik 20-30 persen per tahun,” imbuhnya.

Dari jumlah total 64 juta dollar AS ekspor yang dicatat tahun ini, kata dia, batik telah berkontribusi sampai di atas 30 persen.

Oleh karena itu, dengan memanfaatkan momentum Hari Batik Nasional setiap 2 Oktober ini, harapannya batik dapat berkembang menjadi komponen ekonomi kreatif yang memberikan dampak lebih besar lagi.

Hal ini, kata dia, disebabkan karena semakin besarnya potensi batik dikenal di seluruh dunia, salah satunya terlihat dari semakin banyaknya tokoh dunia mengenakan batik.

“Nelson Mandela (Mantan Presiden Afrika Selatan) misalnya, sudah senang sekali menggunakan batik. Lalu kita melihat pemain bola basket J Holiday yang sudah memakai batik di setiap kesehariannya dia,” ujar Sandiaga.

Pemain basket Justin Holiday, ia menjelaskan, sangat bangga memakai batik. Tidak hanya kemeja atau atasan, batik juga dikenakan oleh atlet tersebut untuk fesyen celana.

“Fokus kita (saat ini) adalah batik juga diminati di Benua Afrika. Selain tentunya untuk produk batik high fashion juga tampil di Eropa dan Amerika,” tuturnya.

Tak hanya luar negeri, Sandiaga bercerita, dulu para anak muda anggota HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) biasanya memakai dress code jas pada awal tahun 2000-an.

Lalu, ia ditantang untuk mengubah mindset agar para pengusaha muda juga bisa mengenakan batik di keseharian mereka, tak hanya untuk acara-cara formal.

“Akhirnya 30.000 pengusaha muda dalam waktu tiga tahun bertransformasi, akhirnya mereka memakai batik dalam kegiatan sehari-hari, termasuk saat nyantai dengan teman-temannya,” terang Menparekraf.

Sebagai informasi, dikutip dari Kontan, Senin (2/10/2023), Sandiaga Uno pernah menjabat sebagai Ketua Umum HIPMI periode 2005-2008.

Lebih lanjut, Menparekraf mengatakan, kedudukan batik yang sudah mendapatkan penghargaan dari UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda harus menjadi identitas bangsa.

“Ini tentunya harus menjadi identitas bangsa dan betul-betul digunakan dalam setiap kegiatan berbangsa dan bernegara,” pesan Sandiaga.

Ia menyampaikan kepada masyarakat intuk sering memakai batik, tidak hanya saat ada kegiatan formal.

“Tadi malam Istana Berbatik (acara di Istana Negara) luar biasa banget, kita melihat bagaimana aplikasi batik ini sudah sangat luas,” tutur dia.

Oleh karena itu, ia menyebut pihaknya juga melakukan kegiatan promosi batik mulai dari kurasi hingga promosi, bahkan membawa beberapa pelaku desain ekonomi kreatif berbasis batik ke New York, AS.

“Untuk batik kami akan all out (total), dan kami akan lakukan penyisiran lagi untuk kegiatan tahun depan, agar didorong supaya industri bisa membuka peluang usaha dan lapangan kerja,” pungkasnya.

https://travel.kompas.com/read/2023/10/02/195603027/ekspor-batik-belum-signifikan-menparekraf-dorong-peningkatan-30-persen

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke