KOMPAS.com - Menepi ke bagian utara Jakarta, terdapat sebuah masjid bersejarah yang konon dibangun oleh seorang penyiar agama islam di Batavia.
Masjid tersebut bernama Masjid Jami Luar Batang, berlokasi di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara. Lebih dari sekadar tempat ibadah, masjid ini juga merupakan cagar budaya dan menyimpan sejarah.
Beberapa waktu yang lalu Kompas.com berkesempatan berkunjung ke Masjid Luar Batang dalam rangka kunjungan wisata religi di Jakarta Utara bersama Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jakarta Utara dan Wisata Kreatif Jakarta (WKJ).
Sejarah Masjid Luar Batang
Pemandu perjalanan WKJ Iin Fatmala menceritakan, Masjid Jami Luar Batang dulunya merupakan sebuah surau yang dibangun oleh seorang pendatang bernama Habib Husein bin Abubakar Alaydrus.
Tanah yang digunakan untuk membangun surau ialah tanah hadiah yang diberikan oleh warga setempat kepada sang Habib.
Berdasarkan informasi yang Kompas.com peroleh di lokasi, surau tersebut berakar sejak 1739 Masehi. Difungsikan sebagai tempat penyebaran agama Islam pada masa itu.
Hingga pada 1756 Habib Husein meninggal dunia dan dimakamkan di dalam surau yang kemudian diubah menjadi masjid dan menjadi wisata religi sekaligus tempat ziarah.
Kisah di balik makam Habib Husein
Menurut penjelasan Iin, ada kisah unik di balik pemakaman Habib Husein sebelum akhirnya dimakamkan di dalam surau.
Sebelum Habib Husein meninggal, dirinya berpesan ingin dimakamkan di dalam surau tersebut.
Namun sayangnya karena ia adalah seorang pendatang, alhasil tidak diperkenankan dimakamkan di tanah Luar Batang.
"Pada saat itu, orang-orang selain penduduk setempat, harus dimakamkan di Tanah Abang," katanya.
Sehingga, dibawalah jenazah Habib Husein ke pemakaman tersebut. Namun hal aneh terjadi karena sebelum dikebumikan jenazah Habib sudah tidak ada di dalam keranda.
Kejadian tersebut tidak hanya terjadi sekali, tetapi berulang-ulang. Alhasil jenazah Habib diperbolehkan dimakamkan di dalam surau seperti yang ia minta sebelum meninggal.
Wisata religi sarat sejarah
Sejak dibangun pada 1739 Masehi, masih ada bagian masjid yang tetap ada dan tidak diubah hingga sekarang.
Dua bagian di antaranya yaitu menara di samping ruang peziarah dan sumur air suci yang berada di depan masjid.
Menara masjid tersebut didirikan pada 1856 dan sampai saat ini masih menjulang kokoh. Begitu juga dengan kunsen yang terbuat dari kayu jati pun masih asli.
"Sumur air suci ini diyakini membawa keberkahan," katanya.
Menurut penuturan pengurus masjid, air sumur di sini tidak pernah kering meskipun musim kemarau tiba. Air ini bisa diminum di tempat, dan bisa juga dibawa pulang oleh pengunjung.
Uniknya, air sumur di sini akan berubah rasa sesuai musimnya. Apabila musim panas datang, air sumur akan cenderung terasa asin, sementara saat musim hujan air sumur akan cenderung terasa tawar.
https://travel.kompas.com/read/2024/03/30/111100727/mengenal-masjid-jami-luar-batang-wisata-religi-sarat-sejarah-di-jakarta-utara