Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Greg Hambali, Sang Penghulu Tanaman Hias

Kompas.com - 09/04/2008, 14:33 WIB

Minat yang besar pada tanaman menggiring Greg Garnadi Hambali untuk melanjutkan belajar di Inggris. Berbekal pengalaman itu, Greg lantas mengembangkan beragam varietas tanaman. Dari palem, salak, dan caladine. Salah satu karya silangan yang cukup terkenal adalah aglaonema. Jenis tanaman ini identik dengan Greg.

Greg senang menjadi pegawai di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Soalnya, ia bisa leluasa mengakses laboratorium LIPI untuk mengembangkan penelitian. Sejak mengawali karier di LIPI pada 1973 silam, ia sudah meneliti salak dan tanaman palem. Dari lab LIPI itu, ia bisa menghasilkan beberapa silangan.

Lantaran punya minat cukup besar di bidang konservasi dan pemanfaatan sumber-sumber daya genetik, Greg mendapat banyak tawaran untuk memperdalam ilmu di Inggris. "Saat itu saya belum menyelesaikan kuliah di IPB," jelas Greg. Ia baru menggondol predikat sarjana muda dan sedang proses mengerjakan skripsi.

Lantaran tak mau melewatkan peluang mendapat beasiswa, akhirnya Greg memutuskan meneruskan studi ke Inggris meski skripsinya belum kelar. "Saya mendapat beasiswa dari British Council," katanya. Pada 1975, ia berangkat ke Inggris untuk mempelajari pemanfaatan plasma nutfah.

Setahun kemudian, Greg berhasil menyelesaikan kuliah di Inggris dan pulang dengan nama baru: Gregori Garnadi Hambali, MSc. Ia langsung menyabet gelar master tanpa harus mengikuti program sarjana S1. Sepulang dari Inggris, pada 1978, Greg mulai mengaplikasikan ilmunya dengan membuat silangan caladium. Sayangnya, jenis ini tidak dapat bertahan lama. Sebab, menurutnya, walau modelnya bagus, tapi bentuk daunnya tidak kokoh alias loyo. Sehingga, dia pun harus terus mengembangkan agar lebih kuat. Namun rekor harga tertinggi caladium ini hanya Rp 50.000.

Greg juga meneliti tanaman talas. "Saya juga mengembangkan soka," kata Greg. Saat mengembangkan soka, ia tidak pernah mengomersialkannya. Dalam benak Greg hanya ada niat mengembangkan tanaman tropis dalam negeri agar lebih komersil. Caranya, dengan menyilangkan tanaman yang semula biasa menjadi tanaman yang luar biasa.

Lantaran idealismenya ini, kadang usaha Greg mengembangkan tanaman jadi terhambat. Maklum, sebagai seorang pegawai negeri, dia harus mengikuti program dari pemerintah. Merasa dikekang kebebasannya, pada 1983, Greg memutuskan keluar dari LIPI. "Saya ingin lebih mengekspresikan diri saja," dalihnya.

Cita-cita Greg adalah menciptakan tanaman varietas baru. Ini bukan persoalan gampang. Pasalnya, untuk tujuan ini, ia mengaku kesulitan mendapatkan dana membiayai proyek. "Pertama kali, saya, ya, jatuh bangun," ujarnya. Untung, beberapa teman yang mempunyai perhatian terhadap tanaman mau membantu Greg dengan mengucurkan modal.

Untuk mewujudkan cita-citanya, Greg bekerja sebagai konsultan di sebuah nursery. Di sana, dia mempelajari tanaman palem. Pada 1986 tanaman ini pernah berjaya. Sayangnya, nilai ekonomis tanaman ini tidak dapat bertahan lama lantaran terjadi kelebihan pasokan di pasar. "Sekarang tanaman ini banyak digunakan untuk real estate," terangnya. Ia juga mengembangkan tanaman salak lantaran ingin menciptakan buah salak yang rasanya enak.

Kini, usia Greg sudah menjelang kepala enam. "Usia saya 59 tahun," katanya. Tapi semangatnya tidak kalah dari anak muda. Bahkan, dia masih sering jalan ke hutan untuk mencari tanaman yang bisa ia komersilkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Obelix Sea View, Tempat Gathering Asik di Yogyakarta

Obelix Sea View, Tempat Gathering Asik di Yogyakarta

Jalan Jalan
Aset Wisata Tanjung Kajuwulu di Sikka di NTT Akan Dikelola Desa

Aset Wisata Tanjung Kajuwulu di Sikka di NTT Akan Dikelola Desa

Travel Update
Wisata Noyo Gimbal View di Blora yang Murah Meriah Dikunjungi Banyak Orang

Wisata Noyo Gimbal View di Blora yang Murah Meriah Dikunjungi Banyak Orang

Travel Update
4 Jenis Turbulensi Pesawat, Ini yang Menimpa Singapore Airlines

4 Jenis Turbulensi Pesawat, Ini yang Menimpa Singapore Airlines

Travel Update
Cara ke Pasar Kreatif Jawa Barat Pakai Kendaraan Umum

Cara ke Pasar Kreatif Jawa Barat Pakai Kendaraan Umum

Travel Tips
Apakah Turbulensi Pesawat Bisa Dideteksi? Ini Kata Pengamat

Apakah Turbulensi Pesawat Bisa Dideteksi? Ini Kata Pengamat

Travel Update
Belajar dari Turbulensi Singapore Airlines, Tetap Pakai Sabuk Pengaman Saat Pesawat Terbang

Belajar dari Turbulensi Singapore Airlines, Tetap Pakai Sabuk Pengaman Saat Pesawat Terbang

Travel Tips
Pemula, Hindari 5 Kesalahan Ini Saat Naik Pesawat Pertama Kali

Pemula, Hindari 5 Kesalahan Ini Saat Naik Pesawat Pertama Kali

Travel Tips
5 Tips Wisata ke Pasar Kreatif Jawa Barat di Bandung, Datang Sore

5 Tips Wisata ke Pasar Kreatif Jawa Barat di Bandung, Datang Sore

Travel Tips
Bawa Rp 50.000 ke Pasar Kreatif Jawa Barat di Bandung, Bisa Beli Apa?

Bawa Rp 50.000 ke Pasar Kreatif Jawa Barat di Bandung, Bisa Beli Apa?

Travel Tips
4 Penginapan Sekitar Drini Park Gunungkidul untuk Liburan Panjang

4 Penginapan Sekitar Drini Park Gunungkidul untuk Liburan Panjang

Hotel Story
Bandung dan Bogor Raya Padat Wisatawan, Pemerintah Tawarkan Wisata ke Cirebon

Bandung dan Bogor Raya Padat Wisatawan, Pemerintah Tawarkan Wisata ke Cirebon

Travel Update
Fasilitas dan Wahana Seru di Drini Park Gunungkidul Yogyakarta

Fasilitas dan Wahana Seru di Drini Park Gunungkidul Yogyakarta

Jalan Jalan
Sejarah Waisak, Peringatan Lahir hingga Wafatnya Buddha Gautama

Sejarah Waisak, Peringatan Lahir hingga Wafatnya Buddha Gautama

Travel Update
Lokasi dan Rute Menuju ke Drini Park Gunungkidul

Lokasi dan Rute Menuju ke Drini Park Gunungkidul

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com