Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (27)

Kompas.com - 11/04/2008, 08:02 WIB

Suramnya rumah Gulsaira mencerminkan kesuraman Karakol pascakemerdekaan Kyrgyzstan. Negara yang memilih perubahan drastis dari negara sosialis menjadi kapitalis ini akhirnya terpaksa sadar bahwa untuk menjadi kapitalis ia harus punya sesuatu untuk dijual. Itu yang tak dimiliki Kyrgyzstan. Dalam sekejap, ekonomi kolaps dan orang-orang kehilangan asa. Tahun ini, upah minimum di Bishkek yang ditetapkan pemerintah, sedikit naik dari 4 dolar menjadi 5 dolar per bulan. Itu sudah standar ibu kota.

Semula Karakol adalah tempat yang makmur. Semasa Uni Soviet, sebagian besar penduduk kota ini bekerja di PLTA Toktogul, dalam bahasa Rusia disingkat GES. Setelah negara ini mengikuti jejak republik-republik Soviet lainnya, memproklamirkan kemerdekaan di tahun 1991, Kyrgyzstan mungil tak lagi sanggup membiayai proyek-proyek yang semula disubsidi Soviet. Orang-orang Karakol kehilangan mata pencaharian. Kehidupan di sini bisa disimpulkan dengan satu kata, depresi.

Gulsaira, terlepas dari beban hidup tiga anak yang ditanggungnya, juga tak bermata pencaharian. Ia hanya mengunjungi desa-desa sebelah untuk menawarkan bantuan rumah tangga. Tetapi kemurahan hati Gulsaira selalu membuatnya sibuk sendiri.

Salah satu tetangganya di Karakol adalah sepasang suami istri pemabuk. Di kala kehidupan demikian suramnya, orang  kembali lagi ke vodka dan alkohol sebagai jalan keluar membebaskan diri dari tekanan hidup. Suami istri ini, pengangguran kelas kakap, untuk memenuhi nafsu minum-minumnya terpaksa harus menjadi pengemis. Tetapi apa gunanya mengemis kalau semua orang juga sama miskinnya? Si suami kemudian menjadi perampok di jalan, dan uang hasil perasannya habis di meja judi.

Si istri juga sudah parah penyakit mabuknya. Bahkan, ketika mengandung bayi kedua, dia terus menenggak vodka. Anak perempuannya lahir cacat mental, sangat mungkin gara-gara kenyang bir dan vodka sejak masih janin. Kakaknya, yang lahir sebelum kemerdekaan Kyrgyzstan, jadi pemuda yang sehat dan kuat. Saya tiba-tiba teringat akan Hadisa, si gadis cacat dari Murghab, yang juga lahir dalam kota yang penuh depresi. Apakah negeri yang depresi memang harus melahirkan bocah-bocah malang ke dunia ini?

Seperti tak pernah kapok, si ibu ini hidup setia bersama vodka. Demikian pula suaminya. Suatu malam, mereka bertengkar. Pertengkaran suami istri biasa yang dikipasi oleh aroma alkohol. Orang mabuk memang tidak bisa dilogika. Si istri meloncat, meraih bohlam lampu yang masih menyala dengan tangannya. Dia kesetrum, terelektrolisis bersama vodka yang membasahi bibirnya. Tewas. Ibu itu ditemukan keesokan harinya. Si suami kembali ke kehidupannya yang normal, jadi pemabuk-cum-pengemis-cum-penjudi-cum-perampok. Semua profesinya ini berlevel cum laude.

Kini giliran Gulsaira yang sesekali mengunjungi rumah itu, mengasuh gadis gila yang malang yang tidak dipedulikan orang tuanya lagi. Gulsaira Muslim, tetapi ia tak pernah sembahyang ataupun belajar agama. Dia hanya tahu bahwa vodka adalah nenek moyangnya setan, dan bahwa hidup itu harus selalu diisi dengan kasih dan cinta.

Bersama keluarga itu, saya mengucapkan syukur teramat dalam, akan makanan-makanan kadaluarsa yang terhidang di hadapan saya. Tuhan masih memberi kami makanan hari ini. Tuhan masih menyelamatkan saya dari kegelapan malam di Karakol yang ganas dengan mengirimkan saya ke rumah kayu Gulsaira yang penuh dengan bau apek. Tetapi di rumah inilah, Tuhan memberikan saya pelajaran yang sangat indah.

 

(Bersambung)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com