Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (57)

Kompas.com - 23/05/2008, 07:35 WIB

Tidak semua Islamisasi mendapat lampu merah dari pemerintah Tashkent. Tengok saja desa Kasri Orifon, sekitar 12 kilometer dari Bukhara, yang kini menjadi salah satu tempat berziarah terpenting di sini. Sebuah bangunan megah berdiri, dengan arsitektur khas Persia, gerbang diwan yang berbentuk persegi bersambung dengan tembok panjang mengelilingi bangunan utama. Di pintu masuk, sebuah prasasti berbunyi:

            Bohauddin Nakshband's Architectural Complex was Re-created and Restored with Initiative of the First President of the                     Republic of Uzbekistan Islam Karimov, October 2003

Presiden Islam Karimov, tak lain dan tak bukan, sang presiden sendiri yang meresmikan bangunan peristirahatan bagi seorang tokoh Islam terpenting, Bahauddin Naqshbandi, sang pendiri tarekah Naqshbandiyyah, tarekah Sufi terbesar di Asia Tengah. Pemerintah Uzbekistan kemudian menjadikan ajaran Sufi Naqshbandi sebagai bukti pelaksanaan kebebasan beragama, sebagai teladan pelaksanaan agama Islam yang sejuk dan damai.

Islam di Asia Tengah punya nuansa yang berbeda dengan Islam di Timur Tengah. Di sini, ajaran Sufi begitu kuat, sehingga agama berharmonisasi dengan budaya dan tradisi. Orang pun sering merancukan mana yang Islam, mana yang budaya. Seperti Shokir si tukang sepatu yang pernah mengingatkan saya,

            "Agama kami mengatakan, kalau tidur harus dengan celana panjang. Kalau tidak, haram hukumnya."

Memasuki pemakaman Naqshbandi, kita harus melangkahkan kaki kiri terlebih dahulu. Di bagian pelataran ada batang pohon yang sudah tumbang. Orang bilang, pohon ini hidup bersama-sama dengan sang guru besar, dan perjalanan hidup pohon ini sama persis dengan perjalanan hidup sang Naqshbandi.

Beberapa nenek dari desa nampak berbaris mengitari batang pohon yang terbujur melintang ini berlawanan arah jarum jam. Di salah satu sisinya, batang pohon membujur sangat rendah, hampir mencapai tanah. Sehingga orang yang sedang 'berupacara' mengelilingi pohon harus jongkok nyaris merayap. Semua percaya, mengitari batang pohon tiga kali akan membawa nasib baik, dan merupakan seremoni wajib dalam acara ziarah ke makam Naqshbandi.

Sederet bangku panjang di depan gedung penuh diduduki oleh para peziarah. Laki-laki dan perempuan duduk bersama-sama, tidak dipisah. Seorang imam komat-kamit pembaca doa. Para peziarah bersama-sama menengadahkan tangan, dan berseru "Amin!" menutup doa. Kemudian mereka berebutan mendapatkan air suci dengan botol kosong yang dibawa masing-masing.

Demikianlah agama berpadu dengan mistis, kepercayaan, dan tradisi lokal, menghasilkan keunikan Islam di Asia Tengah.

Lorong-lorong kota kuno Bukhara meliuk-liuk bak labirin. Warna coklat menyelimuti gedung-gedung tua, membawa eksotisme dunia seribu satu malam. Ratusan madrasah, masjid, hamam, bazaar, semuanya berukuran fantastis, bertabur di seluruh sudut kota. Sebagian besar sudah berubah fungsi menjadi tempat pedagang menawarkan suvenir, atau museum kerajinan. Di antara puluhan gedung-gedung raksasa itu, saya terdampar di Madrasah Abdul Aziz Khan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com