Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (83)

Kompas.com - 30/06/2008, 07:36 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]



Sang Idola

Ada satu figur yang cukup untuk menggambarkan seluruh negeri Turkmenistan, terbentang dari pesisir Laut Kaspia hingga gurun pasir hitam Karakum, menangkupi gunung Kopet Dag sampai bantaran sungai Amu Darya. Hanya satu. Sang Pemimpin Besar, Presiden pertama dan seumur hidup, Putra besar dari seluruh rakyat negeri, Pendiri Turkmenistan yang merdeka dan netral, Sang Turkmenbashi... Saparmurat Niyazov.

Kota cinta Ashgabat dipenuhi oleh patung-patung dan gambar wajah sang Turkmenbashi. Sebagian besar patung-patung itu berpoles emas, memantulkan cahaya matahari yang membuat kota ini semakin berkilau. Sang Pemimpin dipatungkan dalam berbagai pose dan gaya: duduk, melambaikan tangan kanan, melambaikan kedua tangan, berdiri, menghadap matahari, membaca buku, bertopang dagu, dan sejenisnya. Para pematung Turkmenistan rupanya harus belajar khusus anatomi sang Turkmenbashi untuk dapat memfigurkan pemimpin agung ini dengan secermat-cermatnya.

Patung-patung emas Turkmenbashi dikawal oleh para tentara, seolah-olah mereka sedang mengawal harta karun nasional. Para tentara berwajah garang tanpa ampun itu berpatroli di seputar patung-patung. Mungkin takut emasnya dicuri. Atau mungkin takut kehormatan sang Pemimpin dinodai orang-orang tak bertanggung jawab.

Mendiang Turkmenbashi pernah bersabda bahwa bukan kehendak beliau untuk membangun patung-patung dan memasang foto-foto dirinya di mana-mana. Semua itu semata-mata karena kecintaan rakyatnya yang sedemikian besar terhadap beliau. Sang Pemimpin tak punya pilihan lain, karena kecintaan ini adalah mentalitas alami bangsa Turkmen.

Wajah Turkmenbashi memang muncul di mana-mana, mulai dari duit logam, uang kertas, televisi, prangko, buku, papan pengumuman, botol vodka, bahkan bertengger di langit-langit kamar hotel bintang lima. Seorang kawan dari Indonesia yang pernah dikirim untuk dinas di Asghabat mengeluhkan bahwa ketika ia membuka mata di pagi hari, hal pertama yang harus ia lihat tanpa bisa ditolak adalah senyum manis Turkmenbashi.

Di mana-mana ada patung emas, tak bisa disangkal. Tapi tak semua bisa terjamah, karena kawalan punggawa-punggawa dan tentara-tentara garang itu. Salah satu patung yang 'merakyat' adalah Turkmenbashi yang berdiri di Taman 10 Tahun Kemerdekaan, lebih dikenal orang sebagai Taman Kuda karena ada patung 10 kuda di sana.

Di bawah kemilau patung emas Turkmenbashi di Taman Kuda, sepasang pengantin baru sedang berpose untuk foto pernikahan.

Mempelai pria mengenakan kemeja, dasi, jas hitam, celana panjang, seperti layaknya pegawai kantoran. Mempelai wanitanya berpakaian merah menyala, tebal dan berat. Pakaian itu penuh dengan detail sulam-sulaman. Wajah si mempelai wanita sama sekali tak terlihat. Terbungkus kain super berat yang juga penuh sulaman warna-warni. Saking beratnya kerudung indah yang membungkus rapat-rapat kepalanya, si mempelai wanita sampai harus berjalan terbungkuk-bungkuk.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com