Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (87)

Kompas.com - 04/07/2008, 07:45 WIB

Ruhnama adalah jawaban akan segala hal di Turkmenistan. Turkmenbashi memang mewajibkan anak-anak sekolah hingga mahasiswa untuk menghafalkan, menghayati, dan mengamalkan Ruhnama. Jeyhun pun sangat bangga dengan pendidikan di negerinya.

           "Universitas di Turkmenistan semuanya gratis. Bukan hanya gratis, kami malah dibayar oleh pemerintah, satu juta Manat per bulan."

Tak heran dengan gaji sebanyak itu, yang setara dengan gaji rata-rata penduduk Turkmen, para mahasiswa dan mahasiswi ini mampu membeli jas mahal untuk meningkatkan 'penampilan eksternal'-nya.

Jeyhun tak pernah putus menyebutkan nama-nama pahlawan agung Turkmen, seperti Oguz Khan, sang Bapa orang Turkmen yang memulai peradaban dunia, juga pujangga Magtymguly dan pejuang Arp Arslan. Dalam benaknya, seperti yang diajarkan dalam buku suci itu, Turkmen adalah pusat kebudayaan dunia, nenek moyang orang-orang yang terbentang dari Turki hingga Afghanistan dan Mongolia. Turkmen adalah gemilangnya sejarah manusia, dan kini sedang menapaki jalan menuju negeri makmur yang akan dikagumi semua bangsa di muka bumi.

Semuanya itu sudah termaktub dalam Ruhnama, yang baru saja puja dan pujinya dilantunkan di depan altar oleh puluhan mahasiswa dan mahasiswi yang tersenyum penuh bangga.

Tetapi di luar apa yang tertulis dalam Ruhnama, Jeyhun mengaku tak banyak tahu. Dia tak pernah dengar ada negara bernama Indonesia, tak tahu apa itu tsunami. Turkmenistan, seperti halnya Indonesia, adalah dua negara yang sama-sama pernah menderita karena gempa dahsyat. Pada awal abad ke-20, Ashgabat pernah diluluhlantakkan oleh gempa yang membunuh hampir semua rakyatnya. Di pusat kota Ashgabat, di taman patung emas Turkmenbashi, dibangun sebuah museum untuk mengenang tragedi besar dalam sejarah Turkmen. Semua anak Turkmen pasti tahu tentang sejarah ini, karena ini termasuk lembaran penting sejarah umat manusia. Tetapi tsunami yang terjadi di ujung bumi yang jauh di sana? Hanya berita sekilas yang lewat seperti angin lalu.

Tidak ada kata Indonesia dalam kamus Jeyhun. Nama Indonesia sama sekali tidak disebut-sebut dalam kitab suci bernama Ruhnama. Indonesia bukan di pusat dunia seperti Turkmenistan, jadi bukan hal yang perlu untuk didengar.

Bagaimana orang di negeri ini bisa tahu dunia luar, kalau pemerintah memilih dan menyaring dulu semua yang boleh diketahui rakyatnya?

Saya teringat, suatu hari di Tajikistan, bersama keluarga miskin di Murghab, kami menonton siaran televisi Turkmenistan yang tertangkap dengan satelit. Televisi nasional Turkmenistan selalu memasang foto Turkmenbashi di pojok kanan atas. Acara televisi itu menunjukkan kemajuan pertanian di desa-desa Turkmen yang sekarang sudah pakai traktor canggih. Ada pejabat yang meninjau dan tersenyum riang menunjukkan panenan anggur yang luar biasa. Yang nampak adalah negeri makmur dengan penduduk bahagia. Tak ada pengemis, tak ada orang kelaparan. Saya jadi teringat acara ‘Desa ke Desa’ zaman TVRI dulu.

Keluarga dari Tajikistan itu, yang dirundung kemiskinan, kekeringan, dan kegelapan, sangat takjub melihat acara TV ini. Sang bapak spontan memuji Turkmenistan, “Lihat, Turkmenistan sekarang sudah menjadi negara paling kaya di Asia Tengah!”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com