Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (94)

Kompas.com - 15/07/2008, 07:19 WIB

Perbatasan Uzbekistan harus ditempuh dengan marshrutka saking jauhnya. Masih ada antrean panjang di depan gerbang yang tertutup rapat. Saya pun harus berdiri dengan sabar.

Petugas imigrasi tenggelam mengamati lembar demi lembar paspor saya. Lama sekali. Dilihat di bawah lampu UV, diterawang di awang-awang, diamat-amati lagi. Setelah puas, dia tersenyum ke arah saya, “Paspor kamu cantik sekali....,” katanya dalam bahasa Tajik logat Bukhara.

Sekarang giliran bea cukai Uzbek yang sama telitinya memeriksa obat-obatan dan ‘buku-buku agama’ saya, tetapi juga sibuk ngobrol menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tidak perlu. Karena petugasnya ini gadis Tajik yang cantik, maka saya layani saja.

Tak terasa, lebih dari satu jam saya masih tersangkut di perbatasan Uzbek. Orang-orang Turkmen melenggang begitu saja tanpa diperiksa, karena mereka adalah penduduk desa yang hampir setiap hari lintas batas. Orang Turkmen yang tinggal di dekat perbatasan Uzbek boleh melintas tanpa visa selama 3 hari. Lebih dari itu harus bayar 1 dolar per hari. Perbatasan ini ramai dilintasi oleh pedagang, dan sangat rawan penyelundupan minyak murah dari Turkmenistan ke Uzbekistan.

Gara-gara kesangkut di perbatasan, saya sudah ketinggalan kendaraan ke Bukhara. Terpaksa harus naik taksi ke kota Karakol, yang harganya paling murah sekitar 8 dolar.

Aduh. Sakit sekali rasanya. Dengan uang segitu, saya bisa pergi pulang Ashgabat-Turkmenabat 14 kali. Tetapi ini hanya satu kali jalan ke Karakol, cuma beberapa kilometer jauhnya. Di negeri antah berantah di balik perbatasan sana, harga bensin cuma 120 Rupiah per liter, bahkan lebih murah dari air botolan.

Terjun dari mimpi-mimpi Abad Emas dan fantasi negeri utopis, kembali ke kegersangan alam fana, memang sakit rasanya. Tetapi saya gembira, saya sudah kembali ke dunia normal!


(Bersambung)

____________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com