Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (11): Om Mani Padme Hum

Kompas.com - 18/08/2008, 08:53 WIB

Aneh sekali. Kim yang semula tertatih-tatih, kini malah melesat cepat dengan tongkatnya. Bahkan saya tak sanggup mengejarnya. Si gadis Korea yang pucat pasi itu sudah jauh meninggalkan kami.

          “Biarkan saja,” kata Yan Fang, “ini mungkin gejala keanehan di tempat tinggi. Bukan hanya otot dan paru-paru yang terpengaruh, bahkan terkadang kita tak bisa mengontrol saraf kita lagi.”

Di sini, oksigen kurang dari separuh kadar oksigen di permukaan laut. Bernafas susah, otak pun tak bekerja sempurna. Kalau kita yang dari tempat rendah akan mengalami gejala Altitude Sickness, orang pegunungan Tibet kalau dibawa ke dataran rendah pun akan mengalami pusing dan mual. Setiap manusia punya habitat hidupnya sendiri-sendiri.

Saya jalan seorang diri, karena kawan-kawan yang lain sudah jauh di depan. Punggung saya mulai terasa ngilu. Tas saya cuma berisi dua buku, makanan, dan air. Kaki saya sudah mulai menyeret. Mata berkunang-kunang. Tetapi justru dalam keadaan seperti ini saya melihat lebih jelas, walaupun bukan dengan mata.

Saya berpapasan dengan para peziarah Tibet. Mereka melintas, serombongan demi serombongan. Kulit wajah mereka hitam, dengan kulit pipi yang menebal terbakar sinar matahari. Sebagian melindungi hidung dan mulut mereka dengan masker, seperti dokter yang hendak mengoperasi pasien. Pakaian mereka eksotis, tidak pernah saya lihat sebelumnya. Jaket panjang sampai ke lutut, hanya satu lengannya. Topi koboi juga sangat populer. Kalung, gelang, dan beragam aksesoris menjadikan wajah dan tubuh mereka seperti kanvas dengan lukisan mozaik yang indah. Tetapi yang membuat saya takjub adalah tekad untuk terus maju, maju, dan maju.

Kakek tua berjalan dengan lincah, dengan tangan kanan memutar roda sembahyang. Satu putaran roda silinder ini berarti satu kali bacaan doa Om Mani Padme Hom yang tertulis di permukaan roda. Sepanjang perjalanan suci ini, roda doa terus diputar, mantra suci terus dilantunkan, menggumam naik turun dalam kemonotonan. Setiap kali saya mendengar mantra itu, selirih apa pun, hati saya bergetar.

Saya terus bertahan, menyeret kaki hingga ke puncak.

Saya berhasil menyusul kawan-kawan yang sudah jauh di depan. Rupanya, semangat ‘ekstasi’ yang dialami Kim sudah menguap. Kini kembali gadis yang pucat pasi itu kehilangan tenaga dan harus dituntun dengan sabar oleh pacarnya. Sungai mengalir deras di akhir perjalanan. Kami harus menyeberangi sungai ini untuk sampai ke Kuil Drira Phuk, tempat kami beristirahat malam ini.

Sungai ini cukup dalam. Gemuruhnya bergemeretak, menandakan batu-batu pun terhantam oleh kuat arusnya. Seum dengan sabar menata batu-batu besar untuk membuat jembatan, walaupun akhirnya selalu ambrol diterpa aliran sungai. Kaki saya tercelup dalam airnya yang langsung membuat beku. Sungai ini berasal dari lelehan salju di puncak Kailash. Bagi orang Tibet, apa pun yang berasal dari Kailash adalah suci.

Punggung saya terasa remuk ketika kami akhirnya sampai di tenda kecil di samping Drira Phuk. Gurat garis-garis sejajar horizontal menghiasi wajah utara Gunung Kailash. Tiang doa didirikan di hadapan Gunung Dewa. Para peziarah bersujud dan bersembah, hingga posisi benar-benar tertelungkup di atas tanah, di hapadan gunung. Dengan penuh takzim mereka memasangkan bendera doa yang mereka bawa dari jauh. Bintang kelap-kelip mulai bertaburan di langit cerah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sederet Aktivitas Outdoor di Arjasari Rock Hill Bandung

Sederet Aktivitas Outdoor di Arjasari Rock Hill Bandung

Jalan Jalan
Suhu Panas Ekstrem di Thailand, Buat Rel Kereta Api Bengkok

Suhu Panas Ekstrem di Thailand, Buat Rel Kereta Api Bengkok

Travel Update
Serunya Camping Keluarga di Arjasari, Kabupaten Bandung

Serunya Camping Keluarga di Arjasari, Kabupaten Bandung

Jalan Jalan
Arjasari Rock Hill, Lihat Sunset dan City View Bandung dari Ketinggian

Arjasari Rock Hill, Lihat Sunset dan City View Bandung dari Ketinggian

Jalan Jalan
5 Hotel Indonesia Masuk Daftar Hotel Terbaik di Asia 2024 Versi TripAdvisor

5 Hotel Indonesia Masuk Daftar Hotel Terbaik di Asia 2024 Versi TripAdvisor

Travel Update
[POPULER Travel] 5 Kolam Renang Umum di Depok | Barang Paling Banyak Tertinggal di Bandara

[POPULER Travel] 5 Kolam Renang Umum di Depok | Barang Paling Banyak Tertinggal di Bandara

Travel Update
8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com