Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (16): Kebangsaan

Kompas.com - 25/08/2008, 07:11 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]


Di dalam kesepian ini, saya malah merasakan kerinduan yang teramat dalam pada kampung halaman.

Sudah dua jam kami berhenti untuk sarapan di Coqen. Ada yang aneh. Biasanya bus tak suka berhenti lama-lama. Untuk makan cuma tiga puluh menit, untuk buang air berombongan di pinggir jalan di tengah padang rumput luas, tak lebih dari tiga menit. Laki-laki dan perempuan pun sampai bersamaan melaksanakan hajat, karena bus kami yang merayap lambat di jalan selalu ‘tak punya waktu’ untuk berhenti.

Meninggalkan Coqen, bus bukan merambat lagi, tetapi merangkak. Empat puluh menit perjalanan, kami baru menempuh tujuh kilometer. Setelah itu, bus berhenti sama sekali. Rusak.

As roda patah. Perjalanan tak mungkin lagi dilanjutkan. Semua penumpang terdampar di padang rumput. Sekarang, tak seorang pun tahu kapan kami bisa sampai ke Lhasa.

          “Lhasa? Jangan mimpi. Bisa jalan lagi saja sudah hebat,” kata seorang penumpang berpakaian tentara sinis.

Satu jam berlalu. Semula saya senang karena dengan terdampar di sini, monotonnya perjalanan di atas bus bisa sedikit terhapuskan. Semboyan perusahaan bus Tibetan Antelope, “Meiyou Lutou de Laoku, Zhiyou Zaijia de Xiangshou - Tak Ada Susahnya Perjalanan, Cuma Ada Nikmatnya Rumah Tinggal”, yang tertulis besar-besar di badan bus adalah ironi. Sudah lima puluh jam perjalanan penuh siksaan, entah kenikmatan rumah tinggal yang mana, kami bahkan masih berkutat di tempat gersang bergerunjal ini.

Dua jam berlalu, saya mulai bosan. Banyak penumpang yang kedinginan di padang, kembali lagi ke bus, tidur-tiduran.

Tiga jam, masih belum ada tanda-tanda berangkat pula. Sopir berhasil menumpang sepeda motor untuk balik lagi ke Coqen memanggil tukang servis. Penumpang para mahasiswa Tibet duduk di padang. Orang Tibet tampak kurang begitu membaur dengan orang Han - suku mayoritas di China. Mereka lebih suka mengumpul sendiri, berbicara dalam bahasa mereka yang berat. Mereka bersenda gurau sambil menggerogoti daging yak hitam yang sudah dikeringkan di atap rumah selama berbulan-bulan musim dingin. Saya mencicip sedikit. Bukan makanan favorit saya.

Orang-orang Tibet ini tertarik dengan peci Indonesia yang saya pakai. Mereka bergiliran hendak mencobanya. Ada kebiasaan mereka meludahi dulu topi sebelum dipasang di kepala. Alhasil setelah digilir sepuluh orang, peci saya jadi bau tak karuan.

Saya bergabung dengan sekelompok penumpang berpakaian tentara. Ada dua kelompok. Yang satu berjudi kartu. Satunya lagi diskusi kelas berat. Mereka semua orang Han, bukan tentara. Baju tentara sangat populer di sini, cocok dengan alam Tibet yang keras. Diskusi mereka pun tak kalah kerasnya, seputar militer, teori konspirasi, dan geopolitik dunia. Pria China gemar bicara politik di mana pun mereka berada. Bahkan para pemilik warung yang terdampar di tengah padang rumput dan gunung tinggi seperti ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com