Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (33): Pagi di Kathmandu

Kompas.com - 17/09/2008, 09:07 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

Nepal, Never Ending Peace And Love, kerajaan mungil yang terjepit di antara dua raksasa dunia, dikelilingi pegunungan tinggi atap dunia, dan hidup dalam mistisme tanpa akhir.

Sebuah hari yang baru di Kathmandu selalu dimulai dengan kegaduhan. Sebaris umat Hindu berkeliling menyusuri jalan-jalan kota, memainkan musik dan memanjatkan mantra. Ada drum, seruling, kendang, dan lonceng, mengingatkan umat untuk bersembahyang memuja dewa-dewi di kuil yang bertaburan di seluruh kota.

Pusat kota Kathmandu adalah lapangan di istana kerajaan kuno, Lapangan Durbar. Di luar pagar istana, di sekeliling portal Hanuman Dhoka, banyak sekali kuil dan patung. Pagi hari, yang paling ramai adalah patung seram Kala Bhairab.

Kala, artinya hitam. Patungi ini pun berwarna hitam. Wajahnya seperti buto dalam tradisi Jawa, lengkap dengan kalung tengkorak manusia. Tangannya ada enam, tubuh besarnya menginjak sesosok tubuh. Di hadapannya, puluhan umat Hindu berbaris untuk menghaturkan sesajian.

Kala Bhairab, mungkin adalah manifestasi dari Dewi Durga, sang Dewi Perang yang dipuja. Durga adalah pendamping Dewa Shiwa, dewa yang paling banyak pemujanya di antara ketiga dewa utama agama Hindu. Patung Kala Bhairab dipercaya punya kekuatan gaib. Siapa yang berbohong di hadapannya, langsung mati. Zaman dahulu, mereka yang punya perselisihan menyelesaikan masalah mereka di hadapan patung ini, karena tak seorang pun bisa berdusta.

Lilin, barisan lampu mentega, mantra yang bergema, denting lonceng, adalah kesibukan pagi hari di sekitar Hanuman Dhoka. Peramal dan pertapa Brahmin dikelilingi umat yang berdoa. Sang Brahmana komat-kamit lalu menorehkan serbuk bunga merah di dahi umat yang berdoa. Saya baru tahu bahwa tika, warna merah di dahi orang India yang sering saya lihat di film, adalah pemberkatan setelah umat Hindu melaksanakan ibadah puja.

Orang suci atau sadhu berjalan berkeliling lapangan, memberi pemberkatan pada umat yang membawa sedekah. Dengan semaraknya turisme di Nepal sejak dari zaman hipi dulu, orang suci pun sudah tahu bahwa mereka bisa memperoleh dolar dari jepretan kamera.

Tersebar, menjalar ke segala penjuru dari Lapangan Durbar, adalah kota kuno Kathmandu yang tersohor. Kota ini seperti terbungkus dalam mesin waktu. Gang-gang sempit berkelok-kelok seperti benang kusut. Kuil-kuil kuno bertaburan di mana-mana, bahkan hingga ke gang Bangunan-bangunan tua berjajar sepanjang jalan, menyebar dari persimpangan chowk.

Di Nepal, chowk dan kuil adalah penunjuk jalan yang paling utama. Jalan-jalan di sini tak punya nama. Kalau mencari alamat, orang mesti berpatokan pada chowk. Misalnya, si Ram Krishna, rumahnya di dekat Indra Chowk, atau si Pushp rumahnya di dekat Tole Chowk. Tentu saja, ketika kotanya semakin berkembang dengan penduduk yang terus bertambah padat, mencari alamat dengan cara ini tidak mudah. Ada berapa Ram Krishna di dekat Indra Chowk, dan di dalam radius lima puluh meter sekitar Tole Chowk ada berapa rumah dan gang yang tersembunyi? Karena ketiadaan alamat yang valid, orang Kathmandu biasanya menyewa kotak pos di kantor pos untuk menerima surat-surat. Saya yang semula mencari sahabat pena saya waktu zaman masih SMP dulu, sekarang harus kecewa karena mencari alamat di Kathmandu sungguh susah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Itinerary 2 Hari 1 Malam di Badui Dalam, Bertemu Warga dan ke Mata Air

Itinerary 2 Hari 1 Malam di Badui Dalam, Bertemu Warga dan ke Mata Air

Itinerary
3 Aktivitas di Taman Sejarah Bandung, Nongkrong sambil Belajar Sejarah

3 Aktivitas di Taman Sejarah Bandung, Nongkrong sambil Belajar Sejarah

Jalan Jalan
Rute Naik Angkot ke Taman Sejarah Bandung dari Gedung Sate

Rute Naik Angkot ke Taman Sejarah Bandung dari Gedung Sate

Travel Tips
Hotel Accor Meriahkan Java Jazz 2024 dengan Kuliner dan Hiburan

Hotel Accor Meriahkan Java Jazz 2024 dengan Kuliner dan Hiburan

Travel Update
787.900 Turis China Kunjungi Indonesia pada 2023, Sebagian ke Labuan Bajo

787.900 Turis China Kunjungi Indonesia pada 2023, Sebagian ke Labuan Bajo

Travel Update
4 Aktivitas yang bisa Dilakukan di Hutan Kota Babakan Siliwangi

4 Aktivitas yang bisa Dilakukan di Hutan Kota Babakan Siliwangi

Jalan Jalan
Sempat Tutup karena Longsor, Kali Udal Gumuk di Magelang Buka Lagi

Sempat Tutup karena Longsor, Kali Udal Gumuk di Magelang Buka Lagi

Travel Update
Hutan Kota Babakan Siliwangi : Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Hutan Kota Babakan Siliwangi : Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Jalan Jalan
75.000 Orang Kunjungi Candi Borobudur Saat Peringatan Waisak 2024

75.000 Orang Kunjungi Candi Borobudur Saat Peringatan Waisak 2024

Travel Update
5 Kota Terbaik di Dunia Menurut Indeks Keberlanjutan Destinasi Global

5 Kota Terbaik di Dunia Menurut Indeks Keberlanjutan Destinasi Global

Travel Update
Pengembangan Kawasan Parapuar di Labuan Bajo Terus Diperkuat Penguatan Konten Budaya Manggarai

Pengembangan Kawasan Parapuar di Labuan Bajo Terus Diperkuat Penguatan Konten Budaya Manggarai

Travel Update
Ada Rencana Penerbangan Langsung Rusia-Bali pada Musim Libur 2024

Ada Rencana Penerbangan Langsung Rusia-Bali pada Musim Libur 2024

Travel Update
Indeks Kinerja Pariwisata Indonesia Peringkat Ke-22 di Dunia

Indeks Kinerja Pariwisata Indonesia Peringkat Ke-22 di Dunia

Travel Update
DIY Ketambahan 25 Warisan Budaya Tak Benda, Pokdarwis Digandeng Ikut Lestarikan

DIY Ketambahan 25 Warisan Budaya Tak Benda, Pokdarwis Digandeng Ikut Lestarikan

Travel Update
Long Weekend Waisak Jumlah Penumpang Kereta Api di Yogya Naik 41 Persen

Long Weekend Waisak Jumlah Penumpang Kereta Api di Yogya Naik 41 Persen

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com