Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (82): Festival Padang Pasir

Kompas.com - 25/11/2008, 07:44 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

Pushkar yang suci tidak hanya dipenuhi oleh peziarah dan pedagang unta. Eksotisme danau suci dan pasar unta tak luput dari perhatian turis dari seluruh penjuru dunia.

           “Japani! Japani!”  Dua orang perempuan berkerudung, yang satu merah jambu satunya merah membara, berteriak ke arah kami sambil berlari, mengumbar senyum pada sebaris gigi kuning yang mengkontraskan wajah hitam.
          “Foto! Foto!” mereka menggeret tangan saya.

Walaupun sempat tergoda oleh pakaian mereka yang sangat etnis, aksesori berwarna-warni dan berat, saya memaksa diri untuk tidak memotret. Perempuan dan gadis-gadis ini selalu meminta imbalan Rupee atau dolar.

Mereka datang dari kelas sosial yang cukup rendah, menjual ‘kecantikan padang gurun’ untuk kenang-kenangan para turis mancanegara yang berkantong tebal.

          “Kelihatan, mana yang orang kasta tinggi mana yang orang gurun,” kata Lam Li, “walaupun sama-sama berwaju warna-warni dan mencolok mata, pakaian orang gurun ini sudah tambal sulam. Kosmetik yang mereka pakai menghias wajah pun sering kali amburadul, bentrok sana-sini, norak luar biasa.”

Ada yang gincunya ungu gelap, membuat wajah hitamnya bertambah seram, ada pula yang bedaknya terlalu tebal sampai seperti orang sakit kulit.

Walaupun demikian, siapa yang tak terkesima melihat gelora kaum perempuan Rajasthan ini yang begitu dahsyat. Kerudung tembus pandang menutup wajah mereka sepenuhnya, melindungi sang pemakai dari terik mentari. Bunyi bingel dan gelang bergemerincing, ketika kaki telanjang mereka menapaki pasir lembut dan panas. Semua warna ada di sini, mulai dari yang lazim seperti merah menyala dan kuning, sampai warna berani seperti ungu, biru donker, dan hijau tua. Rioting colors, demikian Lam Li mendeskripsikannya, warna-warni yang memberontak kemonotonan gurun Thar. Bagaikan pelangi di siang yang terik, kaum perempuan gurun ini menghablurkan kesejukan.

Banjirnya suku-suku padang gurun ke Pushkar dalam festival Kartik Purnima tidak disia-siakan oleh pemerintah setempat. Rajasthan Tourism Board dengan giat mempromosikan Festival Unta Pushkar sebagai salah satu agenda pariwisata internasional. Hasilnya, orang asing hampir sama banyaknya dengan penduduk setempat di bulan November. Pushkar menjadi kota internasional, dan harga akomodasi dan segala jenis barang meroket drastis.

Sebagian besar yang berkeliaran di kota Pushkar adalah kaum pendatang. Masa festival unta dan Kartik Purnima adalah masa panen bagi pemilik rumah. Mereka tinggal menyewakan toko atau rumahnya, lalu ongkang-ongkang kaki menunggu hujan uang. Bagaimana seorang pedagang teh di tengah padang pasir bisa meraup untung, kalau secangkir teh harganya 3 Rupee, sedangkan harga sewa kedai bobrok ini 300 Rupee per hari? Ia harus menjual sedikitnya 100 cangkir Rupee sehari hanya untuk menutup uang sewa. Di negara yang berpenduduk miliaran ini, setiap jenis pekerjaan diperebutkan oleh puluhan juta manusia. Kalau pedagang teh tak suka dengan keuntungan marginal, silakan minggir, masih ada jutaan pedagang teh lain yang siap mengisi kios bobrok pinggir gurun ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Jalan Jalan
Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Travel Update
5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

Travel Tips
Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Travel Update
Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Travel Update
Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Travel Tips
Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jalan Jalan
7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

Travel Tips
Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Travel Tips
Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Travel Update
Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Travel Update
Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Travel Update
Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com