Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kini Semakin Meredup

Kompas.com - 20/12/2008, 01:25 WIB

”Akhirnya kami sepakat untuk menjual seluruh kompleks Mrapen dengan harga Rp 2,5 miliar, tetapi sampai sekarang belum ada yang menawar,” tambah Rubiatno.

Ketika Kompas bertugas meliput pengambilan api abadi di kompleks Api Abadi Mrapen untuk perhelatan PON 8 September 1981, nyala api di Mrapen masih cukup besar. Namun, saat kembali untuk memotret Mrapen pada Kamis (25/9), sama sekali tidak terlihat semburan api. ”Mesti dipancing dahulu dengan kertas, Pak. Memang apinya tidak sebesar 27 tahun lalu. Sejak 1992 nyala api semakin mengecil. Kami berusaha mengembalikan seperti semula, tetapi belum berhasil,” tutur Rubiatno.

Menurut dia, penyebab mengecilnya nyala api tersebut, antara lain, karena banyak pohon di seputar Mrapen yang telah lapuk dan bertumbangan sehingga tidak bisa menyimpan air. Selain itu, banyak warga yang tinggal di radius 1 kilometer dari Mrapen yang sengaja melakukan pengeboran untuk memperoleh gas secara gratis dan digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, yaitu memasak.

”Tertutupnya pori-pori gas dari lapisan tanah membuat semakin menipisnya cadangan gas di seputar Mrapen,” ungkap Rubiatno. (Nathanael Suprapto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com