Keesokan harinya saya memaksa untuk diizinkan pulang. Dokter Gurpreet tak kuasa menahan saya lagi. Setelah berkonsultasi dengan dokter kepala, akhirnya saya mendapat surat izin pulang yang ditandatangani.
Seminggu berselang, dari sebuah warung internet di Pakistan, saya membaca e-mail dokter Gurpreet.
“Agustinus:
Terima kasih atas doamu, ujian saya lancar-lancar saja. Semoga kamu senang di Pakistan dan meraih semua mimpimu di sana. Saya juga berdoa supaya kamu cepat sembuh, menjalani kehidupan normal yang sehat dan bahagia. Oh ya, kamu membuat saya jadi berpikir, bagaimana kita manusia dari tempat-tempat yang berjauhan bisa diktadirkan untuk berjumpa, bagaimana kita bisa mempengaruhi kehidupan kita satu sama lain. Hidup ini memang penuh dengan kebetulan tak terduga. Dan pertemuan kita adalah salah satunya.”
Memori Rumah Sakit Lady Hardinge yang tersimpan dalam benak saya bukan lagi anjing-anjing yang berkeliaran di ruang gawat darurat, atau tumpukan sampah, tembok mengelepas, dan besi berkarat. Yang saya ingat dari rumah sakit itu hanyalah cinta.
(Bersambung)
_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!