Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (132): Losmen Murah di Rawalpindi

Kompas.com - 04/02/2009, 08:12 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]


Dengan visa Pakistan dari India, sungguh susah mencari losmen murah di Rawalpindi. Dan akhirnya saya malah terjebak di tempat seperti ini.

Semua visa Pakistan yang diterbitkan High Commission of Pakistan di New Delhi distempel “Visa Not Valid for Cantt Area”. Cantt adalah singkatan Cantontment, kota garnisun, peninggalan kolonial Inggris di kota-kota British India yang sekarang masih menjadi pusat aktivitas pertahanan Pakistan. Biasanya memang tidak banyak pengaruhnya untuk turis karena saya bukan turis mata-mata yang ingin mengintai persenjataan, perbentengan, teknologi nuklir, pasukan tempur, dan lain-lain untuk dilaporkan kepada India. Tetapi, di Rawalpindi, cap stempel di atas visa sangat mengganggu, karena kebanyakan losmen murah terletak di daerah pasar ramai Saddar Bazaar yang kebetulan bertetangga dengan daerah kota garnisun.

Tak bisa menginap di Saddar, saya langsung menuju ke Rajja Bazaar, pasar ramai lainnya di kota ini. Perjalanan panjang 20 jam dari Gilgit memang sangat menyiksa. Yang saya inginkan sekarang adalah sebidang kasur empuk untuk beristirahat barang sejenak.

Tetapi mencari penginapan tidak mudah. Hotel Tujuh Bersaudara yang nampak kumuh dan gelap katanya sudah fully booked padahal dari luar tampaknya semua kamarnya kosong. Saya disuruh ke hotel di sebelahnya, Hotel Javed, yang kelihatan lebih bersih dan megah. Dengan susah payah menggendong ransel berat, menaiki anak tangga, terengah-engah sampai di resepsionis, saya cuma diberitahu kalau hotel ini tidak boleh menerima tamu asing. Saya kembali ke perempatan, ke Hotel Al Falah, menggendong ransel lagi, naik tangga lagi, dan ditolak lagi. Nasib yang sama saya alami di losmen murah di sebelahnya, walaupun setidaknya petugas resepsionisnya jauh lebih ramah karena heran saya bisa bahasa Urdu.

“Mungkin, lebih baik kamu minta surat ijin dulu dari polisi yang bisa membolehkanmu tinggal di Rajja Bazaar,” sarannya. Berhubungan dengan polisi Pakistan? lebih baik tidak.

Susah payah saya berjalan sampai dua kilometer menuju pertigaan Liaquat Chowk, dengan tas ransel yang berat dan penyakit hepatitis yang baru sembuh. Saya sampai di Hotel Al Hayat. Walaupun namanya berbandrol ‘hotel’, jangan bayangkan hotel-hotel yang saya sebut tadi adalah tempat nyaman yang bersih dan mewah. Semuanya adalah bangunan bertingkat di pinggir jalan raya yang bising, lantai kotor, dan resepsionis yang menjaga meja besar di lantai dua yang sepi.

Pegawai hotel, seperti petugas imigrasi piawai, menginterogasi saya dan mencurigai bahwa saya sudah overstay visa. Perdebatan sengit pun dimulai. Saya menjelaskan arti baris demi baris visa saya. Dia langsung menelepon bosnya. Kami berdebat lagi. Saya menang. Saya malah dapat kamar dengan harga yang lebih murah.

Semua ini berkat seorang pemuda dari Hunza bernama Suno yang mengaku pernah melihat saya waktu berkeliaran di Sost. Apakah saya sudah jadi selebriti, sampai di Rawalpindi pun ada orang asing yang mengenali saya? Tetapi sudahlah, setidaknya saya punya kawan baru di sini.

Suno mengenalkan saya dengan Faryad yang berasal dari lembah Gojal. Mereka berdua sedang berbisnis di Rawalpindi. Setelah ditraktir makan siang, saya terpaksa ikut mereka berdua berdagang. Kami mengunjungi toko demi toko, satu per satu, menawarkan sepatu kulit dari China. Sejak dry port di Sost dibangun, perdagangan dengan China semakin marak. Barang kualitas rendah sampai tinggi dari negeri tirai bambu itu membanjiri pasar Pakistan.

Saya jadi tahu susahnya menjadi salesman. Kami masuk hampir setiap toko di pasar, menawarkan barang contoh. Pemilik toko biasanya dengan angkuh membolak-balik barang yang kami bawa, lalu giliran kami dengan langkah gontai meninggalkan toko. Kadang saya menunjuk toko sepatu yang dilewati oleh Suno dan Faryad. “Tidak. Itu toko sepatu mahal. Mereka pasti tidak mau sepatu kita,” jelas Faryad, pasrah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Memaknai Tradisi Thudong, Lebih dari Sekadar Jalan Kaki

Memaknai Tradisi Thudong, Lebih dari Sekadar Jalan Kaki

Hotel Story
Pameran Deep and Extreme Indonesia 2024 Digelar mulai 30 Mei

Pameran Deep and Extreme Indonesia 2024 Digelar mulai 30 Mei

Travel Update
10 Museum di Solo untuk Libur Sekolah, Ada Museum Radya Pustaka

10 Museum di Solo untuk Libur Sekolah, Ada Museum Radya Pustaka

Jalan Jalan
Tarif Kereta Api Rute Jakarta-Yogyakarta Mei 2024, mulai Rp 260.000

Tarif Kereta Api Rute Jakarta-Yogyakarta Mei 2024, mulai Rp 260.000

Travel Update
Harga Tiket Pesawat Jakarta-Yogyakarta PP Mei 2024, mulai Rp 850.000

Harga Tiket Pesawat Jakarta-Yogyakarta PP Mei 2024, mulai Rp 850.000

Travel Update
Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Travel Update
Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Travel Update
Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Story
10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

Jalan Jalan
Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Travel Update
Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Travel Update
3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

Travel Update
Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Hotel Story
iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

Travel Update
9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com