Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (140): Kota Modern

Kompas.com - 16/02/2009, 07:41 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

 

“Yang istimewa dari Islamabad adalah,” kata Syed Khalid Raza, pemuda Islamabad, “ibu kota ini terletak sepuluh kilometer jauhnya dari Pakistan.”

Berada di Islamabad, kita seakan sudah bukan lagi berada di Pakistan. Lupakan hiruk pikuknya Rawalpindi, benteng dan masjid kuno Lahore, gang sempit yang meliuk-liuk di tengah bazaar Anarkali, atau kereta keledai yang hilir mudik di jalanan kota Pakistan. Di sini bukannya tempat jalan bolong-bolong dan genangan air hitam berbau busuk, bukan pula tempat asap hitam kendaraan bermotor mengotori udara. Selamat datang di sebuah kota masa depan Pakistan, di mana gedung tinggi menjulang sepanjang jalan raya yang mulus, lurus dan lebar, di mana mobil mewah berseliweran, dan rakyat Pakistan meletakkan kebanggaannya.

Sebelum tahun 1960, Islamabad bukan apa-apa. Ibu kota Pakistan sejak negeri ini terpisah dari India pada tahun 1947 adalah Karachi. Kota Karachi, jauh di ujung  propinsi Sindh di selatan, di tepi Laut Arab, dianggap kurang strategis letaknya. Presiden Ayub Khan kemudian memindahkan ibu kota ke Rawalpindi pada tahun 1958 lalu pindah lagi ke Islamabad dua tahun kemudian.

Ibu kota ini sepuluh kilometer jauhnya dari Pakistan, demikian gurauan penghuni Islamabad. Walaupun jaraknya hanya beberapa kilometer dari Rawalpindi - kota terdekat dan dinyatakan sebagai sister city Islamabad, ibu kota ini sungguh merupakan dunia yang berbeda. Begitu memasuki perbatasan Islamabad, jalan berlubang dan macet khas Rawalpindi tinggal kenangan. Bangunan kuno berwarna bata merah coklat langsung berubah menjadi gedung tinggi dan rumah mewah bak istana. Zero Point Islamabad, ditandai dengan monumen bola dunia berukuran besar, menyambut kedatangan Anda di kota masa depan Pakistan.

Kota modern ini benar-benar dimulai dari nol. Arsitek dan ahli tata kota luar negeri didatangkan untuk melahirkan Islamabad. Hasilnya, sebuah kota berbentuk seperti buku kotak-kotak kalau dilihat dari udara, terbagi atas zona, sektor, dan blok, dengan jalan-jalan berkode angka dan huruf, penataan yang telah dihitung masak-masak secara ekonomis dan matematis. Terciptalah Kota Islam ini, modern, tapi bukan lagi Pakistan.

Jalanan Islamabad semua lurus, panjang sejauh mata memandang. Ruas-ruas jalan melintang sejajar dari timur ke barat, dari utara ke selatan, menghasilkan kotak-kotak sektor berukuran 2 x 2 kilometer. Keteraturan sektor ini mempunyai nama yang teratur pula, satu huruf dan satu angka, persis seperti indeks garis penunjuk di atas peta. Kotak-kotak horizontal mempunyai kode huruf yang sama, kotak vertikal punya kode angka yang sama.

Setiap sektor masih dibagi lagi menjadi empat sub-sektor, masing-masing berukuran 1 x 1 kilometer. Di titik pertemuan keempat sub-sektor ini adalah pusat sektor, disebut markaz, pusat komunal warga yang tinggal di sektor. Di markaz ada pasar, super market, toko elektronik, potong rambut, warung internet, toko buku, restoran, gym, dan seterusnya. Tak semua daerah diizinkan untuk mendirikan bangunan. Pohon hijau dan taman indah wajib ada di setiap sektor.

Alamat di Islamabad cukup dinyatakan dengan huruf dan angka, misalnya F-9/4 berarti berada di baris F kolom 9 sub-sektor 4. Susah mengingatnya? Orang biasanya mengingat nama sektor menurut landmark yang ada di markaz. Misalnya F-7 disebut Jinnah Supermarket, G-9 disebut Karachi Company, dan G-6 Melody Market.

Perancangan kota secara keseluruhan juga berorientasi jangka panjang. Pusat komersial diletakkan di antara sektof F dan G, sepanjang jalan lebar Blue Area atau Ali Jinnah Avenue. Gedung baru dan tinggi, dengan beragam arsitektur inovatif, berbaris rapi menawarkan mimpi masa depan Pakistan. Ada pula zona khusus kedutaan, disebut Diplomatic Enclave, tertutup bagi semua yang tak berkepentingan.

Tetapi justru saya merasakan kebosanan di kota yang serba teratur ini. Jalan lurus dan panjang, kosong dan sepi. Jalan raya terlalu lebar untuk mobil yang jarang-jarang melintas. Tak ada kemacetan ala Jakarta di sini, tetapi kekosongan jalanan ibu kota yang bahkan lebih kosong daripada jalan tol sungguh menebarkan nuansa yang tak biasa.

Dari sektor ke sektor, sungguh jauh saya harus berjalan. Lurus saja tanpa belokan sama sekali, melintasi taman-taman hijau yang selalu sama. Di balik rimbunnya pohon-pohon itu adalah kompleks perumahan mewah eksklusif kelas atas Pakistan. Di kota ini hidup para pejabat pemerintahan, menteri, pemimpin agama, pengusaha, artis, dan kalangan orang penting lainnya. Mereka hidup di balik tembok vila yang menjulang, dijaga lindungan satpam berseragam dan polisi yang berpatroli.

Tetapi tak semua yang tinggal di kota ini adalah warga kelas atas. Ada juga slum atau perkampungan kumuh di tengah sektor-sektor modern Islamabad. Selain orang Pathan, pengungsi Afghanistan, sekarang Islamabad juga dihuni oleh pengungsi gempa yang tinggal di perkemahan. Perkampungan kumuh Islamabad pun masih terbilang cukup teratur dan bersih bila dibandingkan dengan perumahan kelas bawah lainnya di Rawalpindi atau Lahore. Sungguh ada sesuatu yang hilang di sini – vibrasi kehidupan Pakistan yang dahsyat dan penuh hingar-bingar.

Bukan Islamabad – Kota Islam – namanya kalau tidak punya Masjid Faisal, salah satu masjid terbesar di muka bumi ini, mampu menampung hingga 300 ribu umat. Tak seperti kebanyakan masjid di Pakistan, di sini muslimah pun datang sembahyang. Masjid yang selesai dibangun tahun 1986 ini  arsitekturnya tak berkubah dan malah menjadi karakter khas kota modern ini. Yang menjadi penyandang dananya adalah Raja Faisal dari Saudi Arabia.

Hubungan Pakistan dan Saudi Arabia terlihat sangat mesra. Baru-baru ini Raja Abdullah berkunjung ke Islamabad, disambut besar-besaran dan di mana-mana tampak fotonya berukuran raksasa diapit gambar Presiden Musharraf dan Perdana Menteri Shauqat Aziz. Baliho besar bertajuk penghormatan pada ‘wali kedua Masjid Suci’ menghiasi sudut-sudut Islamabad. Gedung Saudi-Pak yang tinggi penuh dekorasi etnik juga menjadi kebanggaan ibu kota.

Namun tak semua bangunan modern di Islamabad menyimpan cerita indah. Reruntuhan Margala Tower, kondominium mewah di sektor F-10 yang ambrol digoyang gempa Kashmir 8 Oktober 2005 silam. Separuh bangunan ini masih berdiri, menjadi saksi tragedi yang menewaskan setidaknya 70.000 penduduk dan membuat tiga juta jiwa kehilangan tempat tinggal.

Saya berdiri terpekur di hadapan perumahan mewah yang kini menjadi puing-puing duka ini. Rasa bersalah menyelimuti diri saya, yang bercita-cita menjadi sukarelawan gempa namun malah masih di sini berpangku tangan.

 

(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Wisata di Bandung Barat, Ada Danau hingga Bukit

5 Wisata di Bandung Barat, Ada Danau hingga Bukit

Jalan Jalan
Aktivitas Bandara Sam Ratulangi Kembali Normal Usai Erupsi Gunung Ruang 

Aktivitas Bandara Sam Ratulangi Kembali Normal Usai Erupsi Gunung Ruang 

Travel Update
5 Cara Motret Sunset dengan Menggunakan HP

5 Cara Motret Sunset dengan Menggunakan HP

Travel Tips
Harga Tiket Masuk Balong Geulis Cibugel Sumedang

Harga Tiket Masuk Balong Geulis Cibugel Sumedang

Jalan Jalan
Tips Menuju ke Balong Geulis, Disuguhi Pemandangan Indah

Tips Menuju ke Balong Geulis, Disuguhi Pemandangan Indah

Travel Update
Serunya Wisata Kolam Renang di Balong Geulis Sumedang

Serunya Wisata Kolam Renang di Balong Geulis Sumedang

Jalan Jalan
Nekat Sulut 'Flare' atau Kembang Api di Gunung Andong, Ini Sanksinya

Nekat Sulut "Flare" atau Kembang Api di Gunung Andong, Ini Sanksinya

Travel Update
Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Travel Update
Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Travel Update
Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Travel Update
Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Jalan Jalan
Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Jalan Jalan
Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Travel Update
Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Jalan Jalan
YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com