Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (140): Kota Modern

Kompas.com - 16/02/2009, 07:41 WIB

Tetapi justru saya merasakan kebosanan di kota yang serba teratur ini. Jalan lurus dan panjang, kosong dan sepi. Jalan raya terlalu lebar untuk mobil yang jarang-jarang melintas. Tak ada kemacetan ala Jakarta di sini, tetapi kekosongan jalanan ibu kota yang bahkan lebih kosong daripada jalan tol sungguh menebarkan nuansa yang tak biasa.

Dari sektor ke sektor, sungguh jauh saya harus berjalan. Lurus saja tanpa belokan sama sekali, melintasi taman-taman hijau yang selalu sama. Di balik rimbunnya pohon-pohon itu adalah kompleks perumahan mewah eksklusif kelas atas Pakistan. Di kota ini hidup para pejabat pemerintahan, menteri, pemimpin agama, pengusaha, artis, dan kalangan orang penting lainnya. Mereka hidup di balik tembok vila yang menjulang, dijaga lindungan satpam berseragam dan polisi yang berpatroli.

Tetapi tak semua yang tinggal di kota ini adalah warga kelas atas. Ada juga slum atau perkampungan kumuh di tengah sektor-sektor modern Islamabad. Selain orang Pathan, pengungsi Afghanistan, sekarang Islamabad juga dihuni oleh pengungsi gempa yang tinggal di perkemahan. Perkampungan kumuh Islamabad pun masih terbilang cukup teratur dan bersih bila dibandingkan dengan perumahan kelas bawah lainnya di Rawalpindi atau Lahore. Sungguh ada sesuatu yang hilang di sini – vibrasi kehidupan Pakistan yang dahsyat dan penuh hingar-bingar.

Bukan Islamabad – Kota Islam – namanya kalau tidak punya Masjid Faisal, salah satu masjid terbesar di muka bumi ini, mampu menampung hingga 300 ribu umat. Tak seperti kebanyakan masjid di Pakistan, di sini muslimah pun datang sembahyang. Masjid yang selesai dibangun tahun 1986 ini  arsitekturnya tak berkubah dan malah menjadi karakter khas kota modern ini. Yang menjadi penyandang dananya adalah Raja Faisal dari Saudi Arabia.

Hubungan Pakistan dan Saudi Arabia terlihat sangat mesra. Baru-baru ini Raja Abdullah berkunjung ke Islamabad, disambut besar-besaran dan di mana-mana tampak fotonya berukuran raksasa diapit gambar Presiden Musharraf dan Perdana Menteri Shauqat Aziz. Baliho besar bertajuk penghormatan pada ‘wali kedua Masjid Suci’ menghiasi sudut-sudut Islamabad. Gedung Saudi-Pak yang tinggi penuh dekorasi etnik juga menjadi kebanggaan ibu kota.

Namun tak semua bangunan modern di Islamabad menyimpan cerita indah. Reruntuhan Margala Tower, kondominium mewah di sektor F-10 yang ambrol digoyang gempa Kashmir 8 Oktober 2005 silam. Separuh bangunan ini masih berdiri, menjadi saksi tragedi yang menewaskan setidaknya 70.000 penduduk dan membuat tiga juta jiwa kehilangan tempat tinggal.

Saya berdiri terpekur di hadapan perumahan mewah yang kini menjadi puing-puing duka ini. Rasa bersalah menyelimuti diri saya, yang bercita-cita menjadi sukarelawan gempa namun malah masih di sini berpangku tangan.

 

(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com