Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (142): Sebuah Desa di Lereng Gunung

Kompas.com - 18/02/2009, 07:52 WIB

Sementara saya ingat Gul Muhammad, tukang masak, yang dulu pernah kerja di Yunani. Juga ada Aslam Sahab, atau Pak Aslam, yang mengaku berasal dari Yugoslavia. Saya tidak percaya, apalagi gaya bicaranya tidak pernah serius. Ia bahkan tidak tahu nama ibu kota Yugoslavia. Aslam Sahab bertumbuh bundar, berwajah juga bundar dan sedikit botak. Orang-orang memanggilnya ‘Mao Tsetung’.

Dengan sedemikian banyak kawan baru yang ramah-ramah, saya begitu senang. Di sini tak ada listrik. Malam gelap gulita. Hanya ada cahaya bintang, lilin, dan lampu minyak. Tetapi suasana persahabatan adalah cahaya yang tiada bandingnya.

Hujan masih terus turun, ketika saya berusaha memejamkan mata di balik selimut tebal. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh. “Apa itu?” saya tersontak. “Itu adalah bunyi tanah longsor,” kata Aslam.

Entah desa yang mana lagi yang menjadi korban sekarang. Gemuruh bunyi tanah longsor sambung menyambung sepanjang malam. Saya masih selalu terloncat takut mendengarnya. Tetapi akhirnya saya terlelap juga.

(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com