Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (149): Jalan Persahabatan, Gang Martabat

Kompas.com - 27/02/2009, 07:54 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

 

Gempa bumi Kashmir bukan hanya menyisakan penderitaan dan tragedi. Ada pula mukjizat dan harapan baru yang muncul dari tumpukan puing-puing reruntuhan.

Sebuah mazar, makam orang suci Muslim, terletak di dekat kawasan Sekretariat. Pada hari terjadi gempa, beberapa umat bersembahyang dalam mazar. Entah apa yang terjadi, orang-orang ini khusyuk dalam ibadah mereka, sama sekali tak merasakan goncangan dashyat yang menghancurkan Kashmir.

Betapa terkejutnya ketika mereka meninggalkan mazar, menyaksikan lingkungan Muzaffarabad yang tiba-tiba hancur lebur. Sedangkan mazar ini, bukan hanya masih berdiri, bahkan satu goresan pun tak ada. Kisah mukjizat ini yang kemudian menjadi buah bibir masyarakat Muzaffarabad.

Di dekat mazar ada sebuah madrasah. Bocah laki-laki dan perempuan yang masih kecil-kecil bersama belajar membaca Al Qur’an di bawah bimbingan sang ustadz, seorang pria gemuk berjubah, berjenggot, dan berkopiah. Mereka belajar di halaman, karena gedung madrasah sudah retak dalam keadaan parah, sangat berbahaya kalau ada goncangan sedikit saja.

“Kami datang untuk ikut merasakan air matamu,” demikian spanduk merah bertebaran di jalan utama Muzaffarabad. Spanduk ini dipasang oleh Insani Yardim Vakfi (IHH), sebuah organisasi kemanusiaan asal Turki yang sudah mengulurkan tangan di pelbagai daerah bencana di seluruh dunia. Di antara negeri-negeri Muslim, hanya Turkilah yang paling terlihat di kawasan gempa Kashmir.

Mohammad Soaib, pemuda 20 tahun yang kebetulan duduk di sebelah saya waktu naik angkot, mengantar saya mengunjungi kompleks pengungsi yang dibangun oleh Palang Merah Turki. Di sini ada lima atau enam orang Turki, sebagian besar tak bisa bahasa Inggris maupun Urdu. Saya diajak berkeliling oleh penjaga pintu gerbang, orang Pakistan yang bahasa Inggrisnya di luar dugaan sangat fasih, berkeliling kompleks pengungsi ini.

Sungguh kontras dengan kamp Narol yang kumuh dan padat, kompleks pengungsi Turki ini begitu modern, tertata rapi dan bersih. Penjaga pintu mengajak saya mengunjungi rumah sakit yang dibangun Turki. Katanya, Perdana Menteri Azad Kashmir sendiri yang akan meresmikan gedung ini akhir bulan. Sekarang, gedung ini sudah terlihat bentuknya, hanya kurang daun pintu dan jendela saja. Obat-obatan untuk kebutuhan seluruh kota disimpan di dalam tenda. Sampai bulan April, udara masih cukup sejuk. Tetapi setelah April, obat-obatan ini harus sudah disimpan dalam ruangan berpendingin.

Lebih dari 1.200 korban gempa tinggal di kompleks pengungsi milik organisasi IHH dan Khubaib. Tenda pengungsi tidak campur aduk, tetapi berbaris rapi, dibagi dalam blok dan distrik. Ada dapur umum, para pengungsi tak perlu memasak di dalam tenda. Dapurnya cukup besar, 36 perempuan bisa memasak dalam waktu bersamaan. Pemakaian dapur pun ada jadwalnya.

Di dekat dapur umum, ada tenda sekolah. Pagi hari bocah-bocah belajar ilmu pengetahuan umum, sore hari ilmu agama. Turki yang mendanai, guru-guru Pakistan yang mengajar. Di samping tenda ada pula lapangan bermain anak-anak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com