Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lubang Jepang, Saksi Sejarah di Dasar Tebing

Kompas.com - 02/03/2009, 08:14 WIB

BUKITTINGGI memang kota dengan segudang keindahan alam, budaya, dan sejarah. Lubang Jepang salah satunya. Lorong bawah tanah yang pada masa lampau digunakan sebagai pertahanan bawah tanah serdadu Jepang ini sekarang dijadikan sebagai obyek wisata andalan Sumatera Barat.

Setelah dipugar, lorong di bagian dasar Ngarai Sianok, sekitar 40 meter di bawah tanah atau dihitung dari permukaan tanah Taman Panorama, tempat obyek wisata ini berlokasi, dinyatakan layak.

Lubang Jepang didirikan dari tahun 1942-1945 oleh penduduk-penduduk sekitar yang dipekerjakan secara paksa oleh serdadu Jepang. Di dalam lorong bawah tanah sepanjang 1,47 km ini, terdapat 21 lorong kecil yang sebelumnya menjadi lorong-lorong untuk keperluan benteng pertahanan, seperti lorong penyimpanan amunisi, bilik serdadu militer Jepang, ruang rapat, ruang makan romusa, dapur, penjara, ruang sidang, ruang penyiksaan, tempat pengintaian, tempat penyergapan, dan pintu pelarian.

Ketika ditemukan, diameter pintu masuk lorong ini berukuran 20 cm. Hanya sebesar lingkar tubuh serdadu-derdadu Jepang yang memang agak ramping. Setidaknya itu yang sering terlihat pada gambar-gambar di dalam buku-buku sejarah. Setelah ditemukan dan dipugar, diameter lorong sekarang berukuran 3-4 meter dan sudah dilengkapi dengan lampu neon di berbagai sudut dan sisi. Namun, dindingnya tidak mengalami perubahan. Dinding batunya bersekat-sekat yang dulu bertujuan untuk meredam suara (echo) agar tidak terdengar keluar. Guratan-guratan pukulan paksa dengan benda agak tajam pun masih terekam di sejumlah dindingnya. Konon, oleh Jepang, para tawanan Indonesia dipaksa menembus bebatuan Ngarai Sianok hanya dengan cangkul dan benda tajam lainnya.

Ketika masuk ke obyek wisata dengan luas hampir 2 hektar ini, pengunjung akan menuruni tangga sejauh 64 meter untuk benar-benar sampai di kedalaman 40 meter. Ketika sampai, pengunjung akan terlebih dulu menemui lorong yang dulu digunakan sebagai ruang penyimpanan amunisi di sisi kanan. Nantinya, pengunjung akan keluar dari lorong ini setelah puas berkeliling-keliling untuk kembali ke pintu masuk yang sementara juga berfungsi sebagai pintu keluar. Setelah bilik militer, di sisi kanan pengunjung akan menemukan lorong dengan fungsi yang sama. Nantinya, lorong ini akan dijadikan mini teater untuk menayangkan film-film sejarah yang berkaitan dengan penjajahan Jepang di Indonesia dan di ranah Minang secara khusus.

Setelah itu, pengunjung akan menemui sekitar dua lorong lainnya dengan fungsi yang sama. Salah satu lorongnya rencana akan dialihfungsikan menjadi tempat penyimpanan maket Lubang Jepang. Makin masuk ke dalam, lorong bertambah dingin dan lembap. Menghirup udara pun tak seleluasa seperti biasanya. Namun, perjalanan melintasi lorong ini belum selesai.

Tiba di ujung lorong pertama, kami menemukan pertigaan dan kami meneruskan perjalanan ke lorong di sebelah kiri. Lorong ini pun bercabang. Ada ruang sidang yang dulu digunakan serdadu untuk menghakimi pejuang pribumi ataupun masyarakat setempat yang membangkang. Terdapat pula sebuah cabang lorong yang nantinya akan dijadikan Museum Saintifik.

Menurut pemandu, awalnya pemda berencana membuat kafe di lorong ini, tetapi setelah Presiden SBY berkunjung langsung ke tempat ini, beliau meminta pemda menggantinya dengan sesuatu yang lebih bersifat ilmiah. Melangkah sejauh 5 meter ke depan, di sisi kanan terdapat lorong di sisi kanan yang dulu digunakan sebagai barak militer. Lima meter ke depan lagi di atas lorong utama tertulis "Pintu Pelarian" dengan secercah cahaya dari lubang berpagar yang ada di belakangnya sejauh 10 meter. 

Sebelum tiba di lubang tersebut, terdapat lorong di sebelah kanan yang menghubungkannya dengan lorong lain. Lorong tersebut berujung di lorong penjara yang dulu digunakan untuk menawan musuh-musuh Jepang. Di sisi kanannya terdapat sebuah ruangan yang di dalamnya terdapat dapur, lubang pengintaian di bagian atas, dan sebuah lubang kecil tepat di bawahnya yang dulu digunakan sebagai tempat penyimpanan mayat-mayat tahanan yang mati tersiksa di dalam penjara. Ujung lubang bermuara di Sungai Sianok.

Tempat ini tergolong mencekam karena terletak paling ujung dari lokasi Lubang Jepang. Jika melangkah lagi, pengunjung akan melewati lorong utama yang dulu dipergunakan sebagai lorong penyergapan. Di sepanjang lorong ini terdapat empat lorong yang mengarah keluar dan nantinya akan dipergunakan sebagai pintu keluar. Ketika tiba di ujung, pengunjung harus berbelok ke kanan, melalui lorong bekas barak militer. Di sisi kanan terdapat lorong-lorong yang di awal sudah dilewati. Perjalanan pun berakhir melintasi lorong bekas ruang amunisi dan lorong menanjak menuju pintu masuk.

Sepanjang lorong ada sejumlah CCTV yang rencananya akan diaktifkan. Selain itu, ada sekitar enam lubang yang disebut lubang angin. Satu akan difungsikan sebagai pintu masuk, sedangkan lima lainnya akan difungsikan sebagai pintu keluar. Rencananya pada tahun 2009 ini semua rencana dapat direalisasikan.

Pengalaman menyusuri Lubang Jepang meninggalkan kesan tersendiri. Perasaan takjub, miris, dan bangga bercampur aduk ketika menapaki setiap lorong dalam obyek wisata ini. Jika berkunjung ke Taman Panorama Ngarai Sianok, sempatkanlah menyusuri Lubang Jepang. Cukup menambah uang sebesar Rp 20.000 untuk pramuwisata atau pemandu yang akan memimpin perjalanan dan memberi penjelasan mengenai keseluruhan lorong bagi pengunjung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Travel Update
Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Travel Update
Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Travel Tips
BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

Travel Update
Terraz Waterpark Tanjung Batu: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka

Terraz Waterpark Tanjung Batu: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Amanah Borneo Park di Banjarbaru, Punya Wahana Seru untuk Anak-anak

Amanah Borneo Park di Banjarbaru, Punya Wahana Seru untuk Anak-anak

Jalan Jalan
Amanah Borneo Park: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Amanah Borneo Park: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com