Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (151): Terjebak Birokrasi Pakistan (2)

Kompas.com - 03/03/2009, 07:47 WIB

Koneksi, sekali lagi, adalah segala-galanya di Pakistan.

Tetapi kami seharusnya tidak senang dulu. Birokrat kawan Zahid ini malah menganjurkan saya menyerah. “Birokrasi perpanjangan visa di Islamabad memang dibuat susah, karena tekanan dari Amerika Serikat. Mungkin sebaiknya kamu mencoba di tempat lain saja.”

Kami mencoba menghubungi lagi Mr. Bhatti dengan telepon. Responnya tidak terlalu positif. “Karena NGO Anda tidak terdaftar, kami tidak bisa memperpanjang visa Anda. Kami cuma bisa memberi perpanjangan 10 sampai 15 hari, cukup buat Anda meninggalkan Pakistan.”

Tak ada pilihan lain. Islamabad sudah gagal. Saya berangkat ke Gilgit sore itu juga.

Gilgit adalah kota yang jauh di utara, lebih dari 600 kilometer jaraknya dari Islamabad. Letaknya di pegunungan Himalaya, perhentian penting di lintas Karakoram Highway. Saya kini sudah berada dalam bus malam yang menempuh 20 jam perjalanan naik turun dan berbelok-belok, mendaki menuju kota Gilgit.

Lemas rasanya ketika saya sampai di Gilgit setelah perjalanan bus yang teramat menyiksa itu. Tetapi yang ada dalam benak saya cuma masalah visa, dan saya sudah teramat penat bermain-main dalam labirin birokrasi Paksitan.

Kantor DC Gilgit mungkin adalah kantor pemerintah yang paling bersahabat di negeri ini. Begitu saya datang, langsung disuguhi teh manis. Carik kantor itu, yang kagum dengan peningkatan bahasa Urdu saya, bercerita tentang indahnya naik haji dan betapa ramahnya jemaah dari Indonesia. “Apa benar orang Indonesia tidak akan menikah dulu sebelum naik haji?” tanyanya serius.

Setengah jam berikutnya, baru saya dibawa menemui DC Sahab. Sebelum saya terlibat dalam kusutnya birokrasi, saya langsung berusaha memikat hatinya dengan kemampuan bahasa Urdu saya. “DC Sahab yang baik, visa saya mau habis. Saya butuh grebi – nambah.” Grebi, adalah keunikan makan di warung Pakistan. Kalau porsi makanan kita habis, kita bisa minta grebi, nambah kuah atau nasi satu kali, tanpa dipungut bayaran. Saya menggunakan kata yang sama untuk visa saya. Saya butuh grebi visa.

Petugas itu langsung tertawa tergelak-gelak. “Zabardast! Luar biasa! Dari mana kamu bisa bahasa Urdu?” Saking senangnya, dia sampai tidak melihat bahwa visa saya bukan visa turis.

Tak sampai lima menit, saya mendapat imbuh visa Pakistan sebanyak tiga bulan. Birokrasi Pakistan, Anda memang harus tahu di mana dan bagaimana menghadapinya.

 

(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com