Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (153): Keresahan yang Terpendam

Kompas.com - 05/03/2009, 07:45 WIB

Memori saya juga selalu berkutat pada sipir penjara yang galaknya seperti menganggap saya juga tahanan. Keberingasannya membuat saya kapok untuk kembali berkunjung ke penjara itu.

          “Kamu kejam,” kata Mirza, keesokan paginya. Mirza adalah seorang pemuda dari Chilas yang pernah dipenjara karena berkelahi, juga kenal dekat dengan Maryam dan Christina. “Kamu hanya menyebar benih harapan dalam hati mereka, dan ketika mereka mulai menantikanmu, kamu meninggalkan mereka begitu saja!”

Saya bercerita tentang sipir penjara yang tidak bersahabat. “Mana ada sipir yang bersahabat?! Lagi pula siapa suruh kamu berbahasa Urdu? Kamu malah dicurigai sekongkolan penjahat, apalagi berasal dari negara yang sama dan sudah paham betul seluk-beluk Pakistan!”

Mirza datang hendak membawa saya bersamanya menjenguk Maryam dan Christina. Ia sendiri baru berjumpa dengan kedua gadis itu di penjara pagi ini, dan dari mereka ia mendengar tentang kunjungan saya. “Christina bilang kamu good boy, dan Maryam bilang, ‘he is a nice kid’”.

Saya masih bergeming.

          “Tega sekali kamu…,” lanjut Mirza, “kamu sudah menabur secuil impian di tengah kesepian hidup mereka. Sekarang kamu pergi begitu saja? Kamu enak, tinggal naik bus, sudah pergi ratusan kilometer. Sedangkan mereka, terkurung di sini, di Gilgit yang terpencil, tak ada orang yang mau peduli.”

Saya sudah membulatkan tekad untuk pergi ke Muzaffarabad hari ini, di mana setumpuk pekerjaan di daerah gempa sudah menunggu. Saya tidak bisa tinggal lebih lama lagi di kota ini.

Mirza sangat kecewa. Dia pergi setelah tak berhasil membujuk saya.

Bus malam meninggalkan Gilgit. Saya terguncang-guncang melintasi jalan gunung yang bergerunjal. Dalam kegelapan, “Kupu-kupu Malam” Ebiet G Ade mengalun merdu dari MP3 portabel, menaburkan rindu dan resah.

Setiap waktu engkau tersenyum
Sudut matamu memancarkan rasa
Keresahan yang terbenam
Kerinduan yang tertahan
Duka dalam yang tersembunyi
Jauh di lubuk hati

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com