Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (160): Akhir Sebuah Perkabungan

Kompas.com - 17/03/2009, 08:02 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]

 

Saya masih ingat nuansa pilu pada acara perkabungan di bawah rintik hujan itu. Almarhum Haji Sahab meninggalkan berbagai kenangan di sanubari penduduk Noraseri. Tak lama lagi masa berkabung empat puluh hari ini akan berlalu.

Sekali lagi saya menginap di rumah almarhum Pak Haji yang didiami janda dan putra-putrinya. Kali ini saya datang setelah menerima undangan peringatan chehlum, empat puluh hari, kepergian almarhum.

Rumah Haji Sahab kali ini jauh lebih meriah daripada biasanya. Semua sanak saudara dan kerabat berdatangan untuk memperingati hari terpenting dalam rentetan acara perkabungan ini.

          “Ini kawan saya,” kata Hafizah dengan ramah, memperkenalkan seorang wanita. ‘Teman’ yang dimaksud ternyata saudara iparnya. Kemudian ada lagi ‘kawan’ yang lain, yang ternyata bibinya. Ada puluhan ‘kawan’, datang dari segenap penjuru Kashmir dan Punjab untuk memanjatkan doa untuk almarhum. Bocah-bocah berlarian ke sana ke mari, loncat ke sini, loncat ke sana. Terkadang suara tangis menambah semrawutnya suasana rumah ini.

Chehlum, bagi Bu Haji, adalah sebuah kesempatan bahagia yang cukup langka. Tidak sering sanak saudara bisa berkumpul seperti ini. Bu Haji cukup sibuk, setiap ada tamu yang datang beliau menemani para tamu memanjatkan doa bagi almarhum Haji Sahab. Tetapi beliau masih sangat bersemangat dengan datangnya hari besar ini.

Samera datang dari Lahore bersama kedua putri dan seorang bayinya. Sejak hari kematian Pak Haji hingga hari keempat puluh, Samera tinggal di rumah ini. Kedua anaknya sudah lama bolos sekolah. “Tak mengapa,” kata Samera, “karena acara perkabungan ini penting sekali. Saya sudah tidak sempat melihat wajah Bapak terakhir kalinya. Apalagi sekarang keluarga ini sibuk sekali, dengan banyaknya tamu-tamu yang datang. Semoga acara chehlum ini bisa lancar sampai akhir.”

Malamnya kami berkumpul di kamar yang sama. Berdesak-desakkan, karena banyak sekali tamu yang menginap malam ini. Bohlam lampu berkelap-kelip, remang-remang.

Lantunan naat membahana dari mulut seorang pria berjenggot berjubah putih di sudut ruangan, setelah barisan ayat-ayat suci Al-Qur’an dibacakan dengan khidmat.. Nuansa syahdu memenuhi ruangan ini. Para wanita duduk di sekelilingnya, mendengarkan dengan takzim.

Tetapi sekelebat setelah melihat kamera saya, Samera dan adik-adiknya malah lebih tertarik untuk dipotret daripada mendengarkan naat. Pria berjenggot itu sama sekali tak terpengaruh ketika para perempuan di ruangan itu sudah mulai ribut berpose dan bercanda lagi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com