Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mangrove, Hijaukan Kawasan Bledug Kuwu

Kompas.com - 15/04/2009, 20:24 WIB

GROBOGAN, KOMPAS.com — Kawasan wisata Bledug Kuwu seluas sekitar 40 hektar, yang terletak di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, 27 kilometer timur pusat pemerintahan Kabupaten Grobogan, Rabu (15/4), dihijaukan dengan 90 tanaman mangrove jenis api-api (Avicennia sp), 350 nyamplung (Calophyllum inphyllum Linn) dan 10 cemara laut (Casuarina sp).

Penghijauan kawasan wisata ini dilakukan antara lain oleh Kepala Kepolisian Daerah Jateng Irjen Alex Bambang Riatmojo, Bupati Grobogan Bambang Pudjiono, dan Ketua PWI Jateng Sriyanto Saputro, serta ditindaklanjuti lima kelompok tani Desa Kuwu. Acara ini merupakan rangkaian dari Hari Pers Nasional (HPN), ulang tahun ke-63 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) tingkat Jawa Tengah dan puncak acaranya di pendapa kabupaten Grobogan, Sabtu (25/4) mendatang.

Menurut Ketua Kelompok Studi Mangrove Teluk Awur (Kesemat) Arif Marsudi Harjo, dari hasil pengamatan kelompoknya, ketiga jenis tanaman tersebut memang cocok untuk kawasan yang mengandung garam, seperti halnya di Bledug Kuwu. "Namun, terus terang ini sifatnya masih uji coba. Siapa tahu berhasil," katanya.

Ia menambahkan, selama ini mangrove selalu ditanam, baik di kawasan pantai maupun seputar tanggul sungai yang terjamin kecukupan air laut dengan kondisi pasang surut. "Kami memang pernah diminta untuk menghijaukan lautan lumpur di Sidoarjo (Jawa Timur) dengan tanaman mangrove, tetapi tidak berhasil. Tanaman mati semua," tuturnya.

Dengan mempertimbangkan dukungan dari kelompok tani, warga desa dan kepala desa Kuwu, untuk ikut merawat, memelihara, dan mengairi tanaman mangrove yang akan ditanam di kawasan Bledug Kuwu, komunitas Kasemat akhirnya bersedia untuk menanam mangrove. Meski tidak berani menjamin mampu tumbuh dengan subur atau tidak sehingga perlu dicoba pula menanam cemara, nyamplung, dan ketapang.

Kadir, salah satu tokoh warga desa Kuwu, menjelaskan, sudah lebih dari 6 jenis pohon yang ditanam warga di kawasan Bledug Kuwu, tetapi mati semua. "Kami sempat melihat tanaman mangrove bisa tumbuh subur di pantai yang mengandung garam. Padahal, di kawasan ini kandungan garamnya juga tinggi sehingga kami berpikir mungkin tanaman mangrove bisa tumbuh di sini. Kami memang berharap kawasan wisata ini bisa ditumbuhi banyak pohon sehingga tidak gersang sepanjang tahun. Jumlah wisatawan juga meningkat," tuturnya.

Bledug Kuwu, dilihat dari sudut geologi, adalah kawah lumpur yang setiap 2-3 menit sekali beraktivitas dengan menyemburkan gas metana atau lumpur yang mengandung kadar garam tinggi.

Adapun dari sudut cerita rakyat, Bledug Kuwu adalah ulah Joko Linglung, putra Aji Saka, Raja Medang Kamolan, yang mengubah diri menjadi seekor naga-bergerak di dalam tanah menuju Laut Selatan (Samudera Hindia).  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Larangan Study Tour ke Luar Provinsi Disesalkan Pelaku Wisata di Bantul

Larangan Study Tour ke Luar Provinsi Disesalkan Pelaku Wisata di Bantul

Travel Update
5 Wisata Alam di Purwokerto, Terdapat Kolam Alami di Tengah Hutan

5 Wisata Alam di Purwokerto, Terdapat Kolam Alami di Tengah Hutan

Jalan Jalan
5 Hotel Sekitar Dago Bakery Punclut Bandung, mulai Rp 190.000

5 Hotel Sekitar Dago Bakery Punclut Bandung, mulai Rp 190.000

Hotel Story
Makoya Pandaan: Daya Tarik, Tiket Masuk, dan Jam Buka

Makoya Pandaan: Daya Tarik, Tiket Masuk, dan Jam Buka

Jalan Jalan
5 Peralatan yang Harus Dibawa Saat Camping di Pantai

5 Peralatan yang Harus Dibawa Saat Camping di Pantai

Travel Tips
Kemendikbudristek Luncurkan Indonesian Heritage Agency, Kelola Museum dan Cagar Budaya

Kemendikbudristek Luncurkan Indonesian Heritage Agency, Kelola Museum dan Cagar Budaya

Travel Update
6 Tips Aman untuk Anak Saat Bermain di Pantai

6 Tips Aman untuk Anak Saat Bermain di Pantai

Travel Tips
Ketentuan Bhikku Saat Thudong, Boleh Makan Sebelum Pukul 12 Siang

Ketentuan Bhikku Saat Thudong, Boleh Makan Sebelum Pukul 12 Siang

Hotel Story
Memaknai Tradisi Thudong, Lebih dari Sekadar Jalan Kaki

Memaknai Tradisi Thudong, Lebih dari Sekadar Jalan Kaki

Hotel Story
Pameran Deep and Extreme Indonesia 2024 Digelar mulai 30 Mei

Pameran Deep and Extreme Indonesia 2024 Digelar mulai 30 Mei

Travel Update
10 Museum di Solo untuk Libur Sekolah, Ada Museum Radya Pustaka

10 Museum di Solo untuk Libur Sekolah, Ada Museum Radya Pustaka

Jalan Jalan
Tarif Kereta Api Rute Jakarta-Yogyakarta Mei 2024, mulai Rp 260.000

Tarif Kereta Api Rute Jakarta-Yogyakarta Mei 2024, mulai Rp 260.000

Travel Update
Harga Tiket Pesawat Jakarta-Yogyakarta PP Mei 2024, mulai Rp 850.000

Harga Tiket Pesawat Jakarta-Yogyakarta PP Mei 2024, mulai Rp 850.000

Travel Update
Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Travel Update
Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com