Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Roy Tewas di Hari Terakhir MOS

Kompas.com - 16/07/2009, 08:29 WIB

Ditanya tentang kabar adanya keluhan Roy selama mengikuti MOS, Abu Djauhari menjawab selama ini Roy tak pernah menyampaikan keluhan kesehatan. Pihak sekolah menduga Roy memiliki gangguan kesehatan yang akhirnya melatarbelakangi kematiannya. Dugaan itu diperkuat keterangan teman dekat Roy yang menyatakan kepada pihak sekolah bahwa semasa di SMP, Roy pernah mengalami kejadian serupa. “Ada teman dekatnya selama di SMP dan sekarang juga sekolah di sini menyatakan seperti itu, tapi katanya saat di SMP itu Roy bisa kembali sehat,” tambah Abu.

“Ibunya sendiri waktu di UKS bilang, ‘kamu kok mesti begini toh le, mesti pingsan kalau kecapekan`,” ujar Abu menirukan ungkapan ibu Roy ketika di ruang UKS.

Takut dimarahi

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan wartawan Harian Surya Surabaya, ditemukan ada perbedaan versi kronologi jatuhnya Roy. Jika Kepala SMAN 16 menyatakan Roy ambruk di saat para siswa duduk di aula menonton atraksi, siswa pengurus OSIS ada yang menyebut Roy ambruk ketika peserta dibariskan di aula dan acara belum berlangsung.

Informasi lain menyebut Roy terlalu kelelahan mengikuti MOS karena semalaman tak bisa tidur. “Katanya, dia takut dimarahi karena tidak membawa kayu bakar untuk acara api unggun," ujar seorang guru SMAN 16.

Hal ini senada dengan pengakuan ibunda Roy, Ny Mulyantini yang menyebut Roy mengeluhkan adanya tugas membawa kayu bakar ke sekolah. ”Dia bilang takut ke sekolah karena tidak membawa kayu bakar. Takut kalau dimarahi atau dipukuli kakak kelasnya karena tidak membawa itu,” ujarnya.

Ny Mulyantini juga menegaskan bahwa anaknya tidak memiliki penyakit. Hal itu berdasarkan hasil check-up yang dilakukan di RS Husada Utama sebelum mendaftar di SMAN 16.

Sementara itu, Kanit Reskrim Polsekta Tenggilis Ipda Budi yang meminta keterangan beberapa saksi mengatakan kalau dari hasil pemeriksaan sementara, tidak ada kekerasan yang dialami Roy sebelum meninggal.

Hal itu ditegaskan pula oleh Kapolresta Surabaya Timur AKBP Samudi yang datang ke IKF RSU Dr Soetomo. ”Dari hasil visum luar, tidak ditemukan adanya tanda-tanda bekas kekerasan. Hanya pada bibir dan kuku di jari-jari korban terlihat membiru,” ujar Samudi.

Apa penyebab bibir dan kuku membiru, menurut Samudi masih harus menunggu hasil otopsi dalam yang akan keluar seminggu lagi. ”Tapi kami akan selidiki kasus ini dengan meminta keterangan beberapa saksi lain,” ungkapnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com