Pacitan, Kompas
Kepala Pusat Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Surakarta Joko Aswoyo, Kamis (16/7) di Pacitan, menyatakan, wayang beber merupakan jenis wayang yang unik karena digambar di atas kertas gedog. Wayang itu berukuran 0,6 meter x 3 meter sehingga harus digulung jika tidak dipakai.
Dalang menggelar gulungan dan memberi narasi dengan diiringi gamelan. Setiap gulung wayang beber terdiri atas beberapa adegan yang disebut
Kepala Seksi Museum dan Purbakala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Pacitan Johan Perwiranto mengatakan, saat ini hanya tersisa enam gulung wayang beber asli di Pacitan. Namun, wayang yang bercerita tentang siklus Panji itu disimpan pemiliknya di Desa Gedompol, Donorojo.
”Pemerintah tetap akan mengambil alih, tetapi sekarang belum memiliki uang ganti rugi yang akan diberikan kepada pemilik wayang itu,” kata Johan.
Wayang beber, kata Joko, termasuk langka karena lahir di dua daerah, yaitu di Gunung Kidul (DI Yogyakarta) dan Pacitan (Jatim). Wayang beber Pacitan memiliki gambar latar belakang yang lebih kaya detail dan teknik pembuatannya lebih sulit.
Joko menyayangkan keindahan wayang beber Pacitan dilupakan warga.