JAKARTA, KOMPAS.com - Menjelang dan saat Pemilu 2009 berlangsung, isu tentang jati diri bangsa dan kebudayaan cukup mencuri perhatian masyarakat. Kedua unsur tersebut dinilai masih kurang mengakar, sehingga perjalanan kita sebagai bangsa kerap mengalami disorientasi.
Indonesia, sebagai negara yang mengarah pada kemajuan, seharusnya tahu dan mengenal sejarah bangsanya dan menghargai jasa para pahlawan. Dengan darah, pengetahuan dan semangat merekalah bangsa ini dibangun.
Sebagai sarana memperkenalkan sejarah perjalanan bangsa Indonesia, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) membuka untuk umum diorama sejarah perjalanan bangsa (DSPB) setelah diresmikan.
"Diorama sejarah perjalanan bangsa adalah pengungkapan proses dinamika bangsa dari masa ke masa yang ditampilkan melalui perpaduan arsip, seni, dan teknologi," kata Djoko Utomo, Kepala ANRI, kepada Kompas.com seusai peresmian DSPB oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Gedung ANRI Jakarta, Senin (31/8).
Menurut Djoko, penggubahan bentuk arsip menjadi karya seni dengan sentuhan teknologi ini seyogyanya untuk memperkenalkan arsip kepada masyarakat dengan cara yang mudah dipahami dan manarik. "Jadi arsip tidak sekadar tumpukan kertas yang menjadi coklat dan berdebu," ucapnya.
Wisata sejarah
Selepas kepergian SBY, Kompas.com diperkenankan melihat diorama yang menggunakan ruangan gedung ANRI seluas 750 meter persegi itu. Ada delapan aula yang masing-masing bertutur tentang perjalanan sejarah Indonesia sejak zaman Sriwijaya hingga sekarang. Menyusuri lorong-lorong aula itu kita seperti terlempar ke masa lalu.
Di gerbang depan DSPB, para pengunjung disambut dengan senyum enam patung presiden Indonesia. Lalu kita masuk ke aula A, satu dari delapan aula yang ada. Di aula ini disediakan fasilitas buku digital berupa katalog DSPB. Selanjutnya, di aula B yang berukuran kira-kira 5x5 meter tersedia informasi dua kerajaan yang pada masanya pernah menguasai nusantara yakni Sriwijaya dan Majapahit.
Di aula itu juga ada profil para pahlawan. Ada satu monitor berisi daftar pahlawan. Kalau kita pilih salah satu, maka profilnya akan tampil di layar proyektor dan lampu di bola dunia akan berkedip menandakan tempat sang pahlawan berasal.
Selanjutnya, di aula C pengunjung dibawa ke suasana pergerakan tokoh-tokoh pemuda yang diawali tahun 1908-1928. Yang menarik, peristiwa Sumpah Pemuda disajikan dengan teknik penempatan mengambang atau floating diorama.
Di sebelahnya ada aula D, tempat perpaduan arsip detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan seni dan teknologi. Di sini ada representasi Ibu Negara Fatmawati yang sedang duduk di depan mesin jahit dan tangannya memegang kain merah dan putih.
Di ruangan ini pula ada instalasi teks-teks kemerdekaan yang diukir di kaca. Di saat kekaguman belum habis kita sudah disajikan suasana heroik pergolakan Indonesia tahun 1945-1965 di aula E.
Sesuatu yang berbeda juga terdapat di aula F. Arsip-arsip di sini tampil elegan dalam lekukan ruangan yang disusun seperti di dalam gua. Tampaknya, perancang hendak membawa para pengunjung ke dalam refleksi peristiwa 30 September 1965.
Keluar dari "Lubang Buaya" kita masuk ke aula G yang menyerupai rumah siput. Di sinilah terdapat kumpulan peristiwa terpilih sepanjang rentang waktu 1998-2008.
Terakhir, sampailah kita pada aula H. Di tempat ini para pengunjung rombongan, misalnya anak sekolah, bisa menonton film perjuangan secara gratis. Ada 42 kursi dengan desain menarik di ruangan itu.
Gratis
Djoko menuturkan bahwa gagasan untuk membangun DSPB yang menelan biaya Rp. 6 miliar ini bertujuan untuk mengangkat peranan arsip sebagai bagian penting dalam kehidupan kebangsaan, memupuk semangat kesatuan dan persatuan bangsa, dan memupuk rasa kecintaan terhadap tanah air.
"Dan tentunya, seperti misi kami yakni arsip sebagai simpul pemersatu bangsa," ungkapnya. Mengingat begitu pentingnya kita mengenal sejarah sendiri, ia sangat berharap masyakarat mengakses fasilitas DSPB ini.
Silahkan kunjungi DSPB di ANRI Jl. Ampera Raya No. 7, Cilandak, Jakarta Selatan. "Tiap hari buka, termasuk hari Minggu. Hari libur nasional tutup. Dan gratis," tandas Djoko.
Jadwal kunjungan Diorama: Senin-Jumat : 09.00-15.00 Sabtu-Minggu : 09.00-13.00 Informasi lebih lanjut silahkan menghubungi telp: 021-7805851
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.