Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ah, Masih Ada Hutan Bakau di Istana Raja Melayu

Kompas.com - 10/09/2009, 11:05 WIB

Persis seperti gambaran sang mahasiswa, proyek yang mereka namakan obyek wisata mangrove itu menempatkan bekas Istana Kota Lama sebagai bagian dari tapak kawasan pengembangan.

Untuk itu, kata Abdul Kadir Ibrahim, tapak kawasan situs Istana Kota Lama yang kini hanya berupa ”sisa puing” yang sudah rebah ke tanahkarena itu masyarakat menyebutnya Istana Kota Rebahtersebut akan ditata. Bahkan, ada rencana untuk merekonstruksi bekas istana yang menempati areal seluas sekitar 20 hektar tersebut.

Bisa dibayangkan bila kelak kawasan tapak awal Kesultanan Melayu Riau-Johor-Pahang-Lingga di Hulu Riau (1673-1787) itu ditata menjadi obyek wisata sejarah, lalu dipadukan dengan keberadaan hutan bakau yang terhampar di sepanjang Sungai Carang hingga ke muara.

Dengan meniti pelantar yang dibangun khusus di sela-sela hutan bakau, pengunjung bisa menikmati ekosistem pantai, sungai, dan pesisir, sekaligus membayangkan masa kegemilangan Kerajaan Melayu di masa lampau.

”Sungai dan bakau di Kota Tanjung Pinang yang menjadi sumber penghidupan para nelayan akan sangat menarik untuk dilihat dengan menaiki pompong. Dalam konteks ini, hutan bakau bisa memberi harapan bagi kepariwisataan sekaligus peningkatan ekonomi masyarakat nelayan karena ekosistem laut sebagai sumber mata pencaharian mereka bisa terjaga,” kata Abdul Kadir Ibrahim.

Ibarat sekali mendayung dua-tiga pulau terlampaui, itulah niatan yang ingin diraih dari gagasan Pemerintah Kota Tanjung Pinang dalam mengembangkan hutan bakau dan menata sejumlah situs sejarah yang ada di sekitarnya sebagai obyek wisata baru.

Selain tetap menjadikan bakau sebagai kawasan hijau kota dan mencegah intrusi air laut ke daratan, hal itu juga menjaga biota laut sebagai sumber penghidupan nelayan dari kehancuran, juga untuk menempatkan peninggalan Kerajaan Melayu Riau dalam bingkai sejarah masa silam yang gemilang.

”Pasti menarik. Apalagi jenis hutan bakau yang tumbuh di sini sangat beragam, termasuk keberadaan pohon terumtum yang sangat disukai kunang-kunang. Bayangkan kalau pada malam hari ada ribuan kunang-kunang hinggap di pohon khas ini, yang tidak ditemui di obyek wisata hutan bakau, seperti di Bali,” ujarnya.

Bagaimanapun, gagasan sudah digulirkan. Langkah pelaksanaan pun mulai dilakukan. Namun, terlepas dari itu semua, niat baik tidak selalu berujung kebaikan bila hanya untuk melaksanakan keinginan sepihak.

”Dalam kasus pemanfaatan situs sejarah sebagai bagian dari obyek wisata, penataan dan pengembangannya tidak boleh meninggalkan aspek pelestarian situs sebagai benda cagar budaya,” kata Fitra Arda, Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar, yang wilayah kerjanya termasuk daerah ini. (eln/ken)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

    Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

    Travel Update
    Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

    Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

    Jalan Jalan
    Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

    Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

    Travel Update
    KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

    KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

    Travel Update
    Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

    Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

    Travel Update
    Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

    Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

    Travel Update
    Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

    Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

    Travel Update
    Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

    Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

    Jalan Jalan
    Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

    Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

    Travel Update
    DAOP 6 Yogyakarta Tambah 6 Kereta Tambahan Jarak Jauh untuk Long Weekend

    DAOP 6 Yogyakarta Tambah 6 Kereta Tambahan Jarak Jauh untuk Long Weekend

    Travel Update
    Long Weekend, Ada Rekayasa Lalu Lintas di Jalanan Kota Yogyakarta

    Long Weekend, Ada Rekayasa Lalu Lintas di Jalanan Kota Yogyakarta

    Travel Update
    5 Hotel Dekat Yogyakarta International Airport, 5 Menit dari Bandara

    5 Hotel Dekat Yogyakarta International Airport, 5 Menit dari Bandara

    Hotel Story
    Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Maret 2024 Capai 1,04 Juta

    Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Maret 2024 Capai 1,04 Juta

    Travel Update
    4 Tips Solo Traveling dengan Motor, Pastikan Kendaraan Siap

    4 Tips Solo Traveling dengan Motor, Pastikan Kendaraan Siap

    Travel Tips
    6 Tips Wisata Hemat ke Kepulauan Gili Lombok NTB

    6 Tips Wisata Hemat ke Kepulauan Gili Lombok NTB

    Travel Tips
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com