Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulau Makasar dan Cerita Masa Lalu

Kompas.com - 13/03/2010, 15:41 WIB

Perjalanan dari Kota Bau-Bau ke Puma tidak sampai setengah jam dengan menumpangi ojek laut “jarangka” atau perahu mesin tempel. Sepanjang perjalanan, kita dapat menyaksikan birunya laut yang masih relatif bersih. Sesekali kita melihat ikan melompat memperlihatkan kepalanya di atas permukaan air laut.

Di Puma kita dapat menjumpai sejumlah tempat wisata yang oleh masyarakat setempat sendiri tidak disadari sebagai tempat wisata. Di antaranya makam Sultan Buton VIII Mardan Ali yang terletak di depan kantor Kelurahan Liwuto. Di Puma ada dua kelurahan, yakni Kelurahan Liwuto dan Kelurahan Sukanayo. Awalnya, dua kelurahan tersebut masuk dalam Kecamatan Wolio yang berkedudukan di jantung Kota Bau-Bau. Sama halnya dengan Kelurahan Tomba dan Kelurahan Wale.

Secara historis, Puma pernah menjadi pusat distrik (pemerintahan). Kampung-kampung (sekarang kelurahan) dekat Puma, seperti Lowulowu dan Kalialia, masuk dalam satu distrik yang dipimpin La Samahu (almarhum). “Waktu itu, bila orang Lowulowu dan Kalialia hendak bepergian, mereka datang mengurus pas jalan di Puma,” ungkap Idien, pensiunan pegawai (PNS) Kelurahan Liwuto.

Selain menjumpai makam Sultan Buton VIII, di Puma juga kita masih mendapatkan sejumlah tempat bersejarah lainnya, seperti Goa Keramat atau “Liana Binte” yang terletak di lingkungan Tanjung Batu, ujung Puma bagian selatan yang berhadapan langsung dengan Kota Bau-Bau. Gua tersebut sejak puluhan tahun ini ditutup dengan batu besar. Konon, orang-orang tua dahulu menjadikan goa itu sebagai tempat bertapa untuk mendapatkan ilmu sakti.

Tidak jauh dari gua terdapat tebing tinggi yang cukup strategis untuk dibangun industri pariwisata bidang perhotelan. Pemandangan dari atas tebing tinggi itu sangat fantastis sehingga cocok jika di sana dibangun hotel berbintang. Dari tebing itu, Kota Bau-Bau rasanya bisa digenggam.

Pasir Baana Bungi memang bagus untuk bahan bangunan sebab butirannya agak kasar. Teksturnya berbeda dengan pasir putih yang ada di dua Kabungi-bungi lainnya, yang cukup halus. Pasir yang ini dapat diibaratkan seperti butiran tepung terigu.

Di Puma juga kita dapat menjumpai hasil kerajinan pertukangan kayu, mulai dari lemari, ranjang, hingga perabotan lain yang terbuat dari kayu jati. Tukang kayu di Puma tergolong terampil, bahkan mereka mengerjakan rumah hingga di Kota Bau-Bau dan Kendari.

Walaupun secara administratif Puma masuk dalam wilayah Kota Bau-Bau, nuansa alaminya masih sangat kental. Keheningan tanpa hiruk-pikuk kendaraan bermotor menjadi nuansa yang amat dominan. Hanya terdapat belasan sepeda motor, tidak ada mobil. Di daratan Puma belum ada jalan raya, kecuali garis-garis jalan setapak yang membelah blok-blok perkampungan penduduk. Sebagian jalan setapak itu telah dikeraskan dengan semen melalui proyek pengembangan kecamatan, dan sebagian lagi masih jalan tanah.

Kini nama Pulau Makasar makin mendunia dengan dilaksanakannya ajang wisata tahunan dengan tajuk Festival Perairan Pulau Makasar, sebagai bagian dari Visit Indonesian Years. (Hamzah Palalloi)

 

Artikel lainnya bisa dilihat di http://wisata.kompasiana.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Jalan Jalan
Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Travel Update
5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

Travel Tips
Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Travel Update
Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Travel Update
Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Travel Tips
Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jalan Jalan
7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

Travel Tips
Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Travel Tips
Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Travel Update
Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Travel Update
Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Travel Update
Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com