Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Penonton Sendratari Sepi?

Kompas.com - 24/05/2010, 16:00 WIB

MAGELANG, KOMPAS — Sendratari Mahakarya Borobudur rutin dipentaskan sejak 2005 untuk menarik wisatawan. Namun, sampai saat ini, pentas seni yang mengangkat sejarah terciptanya Candi Borobudur ini belum banyak disaksikan wisatawan asing, dan 80 persen penontonnya adalah wisatawan domestik.

Sendratari yang digelar di panggung terbuka "Aksobya", di sebelah timur kaki Candi Borobudur, Magelang, ini sudah 10 kali dipentaskan. Mulai 2010, jumlah pementasan setiap tahun ditingkatkan dari tiga kali menjadi empat kali. Pementasan pertama tahun ini berlangsung pada Sabtu (22/5/2010) malam, dan pementasan selanjutnya berlangsung pada 26 Juni, 24 Juli, dan 11 September.

Presiden Direktur PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, Purnomo Siswoprasetjo, Sabtu malam di Magelang, mengatakan, biaya promosi lebih besar daripada biaya produksi pementasan. Pengelola Borobudur pun hanya mampu berpromosi ke wilayah ASEAN.

Sebanyak 20 persen turis yang datang menyaksikan sendratari ini rata-rata berasal dari negara Asia, seperti Jepang, Malaysia, dan Singapura. Rata-rata penonton setiap pertunjukan hanya 300 orang dari total kapasitas pengunjung sebanyak 600 orang.

Kendala lain yang dihadapi untuk mendatangkan wisatawan asing, yaitu sulit menyesuaikan jadwal kedatangan turis. Wisatawan asing sangat bergantung pada paket wisata yang ditawarkan biro perjalanan. "Turis asing harus siap 6 bulan hingga 1 tahun untuk bisa datang, dan sebelumnya kami juga harus sudah berpromosi," kata Purnomo.

Perencanaan dengan paket wisata itu penting karena sendratari ini hanya dapat digelar pada waktu tertentu ketika cuaca sedang baik. Alasannya, sendratari ini selalu dipentaskan di panggung terbuka dengan Candi Borobudur sebagai latarnya.

Untuk itu, Purnomo berharap ada banyak pihak, baik pemerintah maupun swasta, yang mau bekerja sama mengerjakan promosi wisata ini. "Sekali berpromosi, tidak hanya sendratari yang akan menerima manfaatnya, tetapi juga aspek wisata lainnya di Jateng," kata Purnomo.

Dari sisi pertunjukan, sutradara sendratari Mahakarya Borobudur, Daryono, berencana terus menginovasi pertunjukan dengan menggabungkan sendratari tersebut dengan kesenian lokal Magelang. Saat ini baru kesenian "Topeng Hitam" yang sudah digabungkan. "Masih ada sekitar 20 seni lokal Magelang yang belum dimasukkan," kata Daryono.

Sendratari yang mengisahkan pembangunan Candi Borobudur pada zaman Mataram Kuna ini dibawakan oleh sekitar 100 penari dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Untuk menggabungkan dengan kesenian lokal, Daryono mengajak seniman dari Magelang. (DEN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com