”Pokoknya, jangan mati sebelum ke Kerinci,” demikian pesan Bustomi (45), warga Gunung Tujuh, Kerinci.
Akses sulit
Sayangnya, berbagai potensi alam itu tak didukung infrastruktur memadai. Sarana pendukung seperti jalan raya, angkutan umum, dan penginapan kurang menunjang. Ini problem klasik yang menimpa banyak pengembangan wisata di Tanah Air. Soal akses jalan raya bisa menjadi masalah serius.
Kerinci saat ini bisa diakses dari tiga lokasi, yaitu dari Tapan dan Solok Selatan, Sumatera Barat, serta Bangko, Jambi. Di antara ketiga akses itu, hanya jalan dari Solok Selatan menuju Sungai Penuh yang kondisinya baik, walaupun berkelok-kelok. Sementara, dari Tapan dan Bangko, jalannya hancur-hancuran.
Jalan dari Kota Bangko menuju Kerinci sepanjang 60-an kilometer sudah lama rusak. Begitu pula ruas dari Tapan menuju Sungai Penuh. Lubang besar, aspal terkelupas dan retak-retak sangat mengganggu perjalanan.
Beberapa titik di jalanan yang berkelok-kelok di atas bukit itu juga longsor. Saat hujan deras, longsoran kerap menyelimuti badan jalan. Kendaraan sulit melintas, bahkan jika melintas bisa tertimbun reruntuhan tanah merah.
”Jalan di sini deg-degan terus. Takut tergelincir masuk jurang atau terkena runtuhan longsoran,” ujar Faisal, pengunjung dari Jakarta.
Sebenarnya ada juga transportasi udara, dari Bandar Udara Depati Parbo di Sungai Penuh. Setelah hampir tiga tahun ditutup, bandara itu belakangan ini beroperasi kembali.
Perjalanan udara dari Kota Jambi ke Kerinci dapat ditempuh satu jam saja. Namun, frekuensi penerbangannya rendah. Sebulan terakhir ini satu-satunya maskapai penerbangan dari Jambi menuju Kerinci, Riau Airlines, bahkan tidak lagi beroperasi, dari semula dua kali seminggu.
Transportasi umum lainnya juga minim. Untuk menempuh perjalanan darat selama 10-12 jam dari Jambi ke Kerinci hanya tersedia sejumlah minibus dan bus ekonomi. Tingkat kenyamanannya jauh dari memadai.
Hotel yang berfasilitas baik masih terbatas. Tapi, di Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro, ada sejumlah rumah warga yang dijadikan home stay. Tamu bisa menginap di sana sambil larut dalam kehidupan warga yang sebagian besar bekerja sebagai petani sayur.
Lemahnya infrastruktur membuat pesona alam Kerinci menjadi terabaikan, bahkan seperti terisolasi. Akibatnya, Kerinci belum menjadi tujuan wisata favorit bagi wisatawan domestik, apalagi mancanegara. (Irma Tambunan dan Ilham Khoiri)
Berita selengkapnya bisa dibaca di: http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/06/26/04521378/kerinci.sekepal.tanah.surga.yang.terabaikan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.