Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alam dan Adat Dayak sebagai Aset Wisata

Kompas.com - 31/07/2010, 16:36 WIB

”Semestinya bisa diolah sedemikian rupa sehingga lebih menarik untuk disuguhkan kepada wisatawan,” katanya.

Sejauh ini, menurut Udin Semprong, masih ada beberapa kendala yang dihadapi, salah satunya adalah menyangkut promosi. Kurangnya promosi membuat wisatawan yang datang masih dalam jumlah terbatas. Mereka umumnya mendengar keberadaan aruh dari mulut ke mulut.

”Kalau ada yang menginformasikan, ya mereka datang. Kalau tidak ada yang menginformasikan, tidak ada yang tahu,” ucapnya.

Masalah ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku pariwisata. Bagaimana menyinergikan obyek wisata yang sifatnya alam dengan obyek wisata budaya.

Diakui, jumlah obyek wisata alam di Loksado cukup banyak. Di kawasan ini terdapat sedikitnya enam air terjun, yakni Air Terjun Haratai, Riam Hanai, Kilat Api, Rampah Menjangan, Pemandian Anggang, dan Tinggiran Hayam. Satu lagi obyek menarik adalah pemandian air panas Tahuni.

Selain air terjun, obyek yang juga menarik untuk dirasakan adalah menyusuri hulu Sungai Amandit dengan menggunakan rakit bambu (bamboo rafting). Dengan membayar Rp 250.000 untuk sekali jalan, kita bisa menikmati suasana tepian Sungai Amandit sejauh 8 kilometer ke arah hilir.

Kita tidak saja bisa melihat pepohonan dan kebun, tetapi juga aktivitas warga Dayak yang tinggal di tepi sungai: bagaimana mereka mencari ikan, mencuci dan mandi di sungai, hingga membelah bambu untuk dijual ke daerah lain.

Satu buah rakit—terdiri atas sejumlah batang bambu yang diikat menjadi satu—bisa dinaiki oleh dua orang plus satu petugas (joki). Berbeda dengan rafting pada umumnya, rafting menggunakan rakit bambu membawa sensasi tersendiri dalam merasakan kondisi jeram yang terkadang tenang dan terkadang terjal.

Di tengah perjalanan terkadang joki turun ke air untuk mengendalikan rakit yang menyangkut di batu. Tak jarang mereka beristirahat sejenak mengganti tali-temali rakit yang putus akibat gesekan dengan batu.

Transportasi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com