Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PARIWISATA

Si Cantik yang Merana

Kompas.com - 05/12/2010, 06:16 WIB

Tomok merupakan salah desa wisata di Pulau Samosir. Desa ini termasuk masih ramai didatangi wisatawan karena merupakan salah satu pintu masuk menuju Pulau Samosir dari Pelabuhan Ajibata, Parapat.

Mengadu nasib

Danau Toba kini tidak seramai dulu. Tidak banyak lagi anak muda bercengkerama dan bernyanyi di pinggir danau seperti di masa lalu. Menurut Hamonangan Sirait (57), seniman dan juga Ketua Sanggar Nauli di Parapat, anak- anak muda yang tinggal di sekeliling Danau Toba memilih pergi mencari penghidupan ke kota lain. ”Di sini tidak menjanjikan hidup karena pariwisatanya sudah mati,” tuturnya.

Mereka yang memilih tinggal di Danau Toba sekarang ini sebagian besar adalah perempuan, anak-anak, dan orang tua. Industri pariwisata yang mati tidak bisa menopang hidup para seniman yang lahir di Danau Toba. Mereka yang punya kemampuan bermusik dan bernyanyi merantau ke daerah lain yang industri pariwisatanya bergairah, seperti Jakarta, Bali, dan Lombok. Di sana mereka menjadi penyanyi di hotel-hotel berbintang dan kafe.

Sebagian pengusaha hotel dan penginapan yang dulu ramai kembali menjadi petani atau petambak ikan. Sebagian lagi mencoba peruntungan dengan membuka hotel di tempat wisata lain, seperti Bali dan Lombok.

Merosotnya sektor pariwisata di Danau Toba, kata Hamonangan, sudah terasa sejak pertengahan periode 1990-an. Kondisi ini diperparah dengan krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998, diikuti gangguan keamanan, seperti bom di Jakarta dan Medan.

Selain keindahan alam, kawasan Danau Toba kaya dengan situs peninggalan sejarah. Di Pulau Samosir, wisatawan bisa mengunjungi situs batu sidang di Ambarita, makam kuno orang Batak di Tomok, situs perkampungan tua di Simanindo, dan lain-lain. Sayangnya, budaya masyarakat yang masih kental dengan tradisi belum dieksplorasi dengan baik sehingga menjadi suguhan bergizi bagi para wisatawan.

Salah satu daerah di Pulau Samosir yang masih dikunjungi wisatawan adalah Tomok dan Tuk Tuk. Meski begitu, kata Mangiring, jumlah turis yang datang ke Tomok sangat merosot. Padahal, dulu turis asing yang datang ke Tomok rela tidur hanya menggunakan jaring yang dipasang di antara dua batang pohon (hammock). Ada juga yang membawa tenda karena semua penginapan milik warga Desa Tomok penuh dengan turis.

Karena banyak turis asing, transaksi ekonomi di desa yang kini berpenduduk 6.000 jiwa ini lebih banyak menggunakan dollar Amerika Serikat. ”Turis membeli rokok, sabun, atau sandal jepit dengan dollar itu sudah biasa,” tutur Mangiring.

Kehidupan wisata sedikit bergairah di Tuk Tuk. Kawasan berbentuk peninsula ini lokasinya sekitar 7 kilometer dari Tomok. Desa ini jadi pusat kegiatan wisatawan asing yang ingin melewatkan malam di Samosir.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com