Upacara tersebut dimulai sekitar pukul 22.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB dini hari. Setelah itu, beberapa menit kemudian sesaji kepala kerbau dibawa ke puncak untuk ditanamkan di Pasar Bubar.
Menurut Tokoh Masyarakat Selo, Kalijo (87), upacara ritual sedekah gunung tersebut kepercayaan warga di lereng Merapi untuk memohon keselamatan dan menolak kesialan.
Menurut Kalijo, sejarahnya ritual tersebut pertama dilakukan oleh Pakubuwono IX pada tahun 1939. Ketika itu, Pakubuwono IX memberikan sesaji berupa hewan kerbau dan ageman (pakaian raja, red) yang dilarungkan di puncak Merapi.
Kebiasaan yang dilakukan Pakubuwono tersebut kemudian diikuti oleh warga setempat hingga sekarang untuk melindungi warga khususnya di sekitar lereng Merapi.
Sementara Kepala Desa Lencoh Sumardi menjelaskan, ritual tersebut merupakan tradisi atau kepercayaan warga lereng Merapi yang tidak dapat ditinggalkan setiap memasuki bulan Sura.
Sesaji kepala kerbau itu, setelah diupacarakan di Joglo Selo, kemudian diarak oleh warga dengan seratusan obor hingga satu Km ke lereng Merapi.
Kepala kerbau itu, kemudian dibawa dua warga setempat yakni Suratno dan Saleh menuju Pasar Bubar atau jaraknya sekitar 300 meter dari puncak.
"Dua orang pembawa sesaji itu, merupakan anggota Tim SAR Boyolali yang sudah terbiasa melakukan pendakian ke puncak Merapi," kata Sumardi.
Menurut dia, mereka berdua setelah setibanya di Pasar Bubar, kemudian menanamkan kepala kerbau di lokasi itu.
Diharapkan dengan dilaksanakan ritual sedekah gunung itu, warga akan lebih aman, tenang, dan tentram karena Merapi akan kembali normal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.