Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sensasi Sate Ikan Marlin

Kompas.com - 18/12/2010, 08:45 WIB

Menurut Yanti, pemilik RM Pondok Kuring, pada musim tertentu, misalnya angin barat, daging blue marlin sulit didapat. Sebab, nelayan umumnya takut melaut karena angin kencang. Namun, hampir di sepanjang tahun, kecuali saat ombak tinggi, ikan tuhuk sebagai bahan bakunya masih bisa didapat.

Nelayan-nelayan di Lambar, khususnya Krui, hingga kini masih menjadikan ikan tuhuk sebagai buruan utama. Ikan tuhuk ukurannya bisa mencapai 0,5 ton. Daging segar ikan ini dihargai rata-rata Rp 25.000 Rp 27.000, tidak jauh berbeda dengan harga daging ayam segar.

Uniknya, di RM Pondok Kuring, tidak hanya sate, ikan tuhuk juga dijadikan bahan makanan lainnya, yaitu mulai dari sop, batagor, hingga bakso. Pengunjung yang datang ke sini tidak boleh melewatkan seporsi sop ikan tuhuk yang rasanya sangat segar dan unik.

Seporsi sop ikan tuhuk harganya lebih murah, yaitu Rp 10.000, sementara batagor dan bakso Rp 6.000. Rumah makan ini buka dari pukul 08.00 WIB hingga 22.00 WIB. Selain di Liwa, RM makan ini juga terdapat di Serai, Lampung Barat, dan Krui.

Ikon daerah

Di Kabupaten Lambar, ikan tuhuk juga telah menjadi maskot daerah. Bahkan, patung ikan tuhuk dapat kita temui di Krui. Ikan blue marlin telah menjadi ikon dan daya tarik pariwisata di Lambar. Kegiatan memancing ikan dari jenis layaran ini telah menjadi daya tarik para wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

Kegiatan memancing ini, misalnya, biasa dilakukan di perairan Pantai Labuhan Jukung. Untuk memancing, pengunjung biasa menyewa perahu milik nelayan dengan tarif Rp 400.000 Rp 700.000 selama seharian penuh.

Di sini, jika tidak ingin memancing sendiri, kita pun dapat melihat para nelayan tradisional menangkap tuhuk dengan alat seadanya. Mereka umumnya menggunakan kawil apung (pancingan) yang dipasang ikan tongkol sebagai umpan.

Kawil apung ini adalah sebuah pancing yang diikatkan pada jeriken sebagai pelampung. Jika jeriken berukuran lima liter ini bergerak-gerak di permukaan air, berarti umpan sudah dimakan tuhuk. Nah, untuk membawa ruhuk ke permukaan tidaklah mudah.

"Nelayan harus menarik senar dengan sekuat tenaga hingga ke permukaan. Di sinilah serunya, akan muncul adu kuat perlawanan antara penangkap dan ikan," ujar Asep yang juga pernah menyaksikan langsung bagaimana para nelayan di Krui menangkap ikan tuhuk.

Jika sudah di permukaan, ikan tuhuk yang memiliki sirip mirip layar dan sebuah tanduk panjang di mulutnya ini langdung digebuk dengan balok. Sebagian menghujamnya dengan tombak agar ikan ini tidak melukai orang.

Karena keunikannya sampai-sampai, gambar ikan tuhuk baru-baru ini juga dibatikkan di dalam seragam batik yang biasa dipakai para PNS di jajaran Pemkab Lambar. Ikan tuhuk telah menjadi simbol kehidupan warga dan keunikan Lambar.  (Yulvianus Harjono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com