Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata Kebun Teh

Kompas.com - 10/01/2011, 16:07 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

Setelah itu teh mengalami proses pengorengan dan pengeritingan. Di kedua tahap ini bobot air kembali menyusut dan dibentuk mendai bola-bola. Tahap akhir adalah masuk ke dalam oven dan lagi-lagi uap air kembali ditarik sehingga bobot berkurang. Sayangnya, Alexander menyebutkan proses pembuatan di pabrik tidak boleh difoto.

"Pembuatan di pabrik boleh dilihat tapi tidak boleh foto. Karena rahasia dapur perusahaan ada di mesin dan temperatur," katanya. Terutama saat di ruangan pendingin. Bahkan si ahli tersebut dikirim khusus ke Taiwan untuk belajar teh saat pendinginan.

Alexander juga tak segan-segan mengajak rombongan anak sekolah untuk berkeliling kebun teh sambil belajar. Selain belajar mengenai perkebunan teh, mereka juga belajar mengenai proses organik. "Ada juga yang belajar tentang pupuk organik dan masalah penyakit tumbuhan," katanya.

Karena perkebunan organik, maka pemakaian pupuk maupun pembasmi hama pun diolah sendiri secara organik. Untuk membasmi hama, dipakai ramuan daun sirsak, suren, kaliandra, daun bitung, sampai sereh. Karena itu di areal kebun banyak dijumpai pohon sirsak dan suren.

"Jenis tumbuhan yang diolah menjadi pembasmi hama tergantung dari hama yang dihadapi," ungkapnya.

Pupuk yang dipakai adalah pupuk kandang yang diproduksi sendiri dari kotoran kambing, kelelawar, dan sapi. Menurut Alexander, ia kedatangan rombongan pelajar SMA hingga 2-3 kali per bulan. Ada pula kunjungan dari orang-orang asing seperti Taiwan, Jepan, dan Singapura yang ingin melihat kebun teh organik. Sedangkan di hari Sabtu dan Minggu lebih banyak pengunjung yang datang untuk bersantai.

Jika Anda berniat mengunjungi kebun teh ini, ada baiknya Anda membuat perjanjian terlebih dahulu. Karena tidak setiap hari ada jadwal pemetikan dan pengolahan teh. Tiap bulan ada 1-2 kali proses pemetikan dan produksi. Alexander menargetkan pertengahan 2012 produksi sudah bisa dilakukan setiap hari. Pihak Harendong tidak menetapkan biaya kunjungan. Bahkan Anda bisa saja jika ingin menginap.

"Masyarakat umum boleh saja menginap tapi tidak bisa terlalu banyak, hanya bisa sampai 10 orang, beberapa rumah bisa untuk menginap," katanya.

Di beberapa areal memang terdapat rumah karyawan. Rencana ke depan beberapa lokasi dengan pemandangan paling bagus akan dibangun beberapa rumah peristirahatan dengan konsep back to nature. Namun, untuk makanan ada baiknya Anda membawa sendiri bahan makanan, nanti pegawai di Harendong dapat membantu memasakannya untuk Anda.

"Kalau menginap di sini bisa bakar ikan. Karena dekat laut, ambil bahan di Bayah atau Pelabuhan Ratu," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com