Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wah, Kue Serabi Ini Telah Berevolusi!

Kompas.com - 14/01/2011, 09:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa tak kenal makanan yang satu ini? Ya, serabi (Jawa) atau surabi (Sunda) namanya. Makanan yang dulu biasa disantap dengan gula merah atau gula jawa cair, kini telah berevolusi dengan varian rasa yang beragam.

Meski tetap mempertahankan bentuk kue yang bulat, kue asli Indonesia itu kini berakulturasi rasa dengan budaya modern, mulai dari campuran keju, strawberi dan susu yang semuanya bisa dibeli di Jalan Kramat Sentiong (depan Bank BRI), Jakarta Pusat.

Adalah Andi (27), dan dua orang rekannya yang kini menggeluti usaha serabi modern tersebut. Dia sudah hampir satu tahun menjalani bisnis kuliner tersebut.

Awalnya, Andi hanya coba-coba membuat kudapan berbahan dasar tepung beras dan kelapa ini. Namun ternyata, konsumen yang membeli dagangannya cukup banyak. Jadilah hingga saat ini dia eksis menjalani usahanya.

Andi mulai menggelar dagangannya sekitar pukul 17.00-21.00. Saat berdagang, memang tidak ada nama dan tempat khusus yang menandakan tempatya berdagang. dia hanya memanfaatkan trotoar jalan yang terletak di Jalan Kramat Sentiong.

Konsumennya pun mayoritas tidak makan di tempat, tapi dibungkus untuk disantap di rumah bersama keluarga. Apalagi jika disantapnya sambil ditemani secangkir kopi atau teh hangat, dijamin pasti semakin nikmat.

Andi menjelaskan, proses pembuatannya pun cukup mudah. Adonan serabi yang sudah jadi dicetak dalam tungku pemanggang dari tanah liat yang bentuknya bundar, mirip wajan kecil. Proses pemanggangan menyebabkan kue serabi gosong di bagian bawah, tapi justru itulah yang menimbulkan cita rasa dan aroma khas kue serabi. Di atasnya tinggal diberi aneka rasa yang pasti menggugah selera.

Dengan harga yang cukup terjangkau antara Rp 4.000 dan Rp 6.000, dijamin Anda akan ketagihan.

Ada beberapa rasa serabi yang ditawarkan, mulai dari keju dan susu, serta cokelat kacang dan strawberi. Andi mengaku, ketiga jenis serabi tersebut memang disukai oleh pelanggannya yang datang dari berbagai kelas lapisan masyarakat.

Setiap hari rata-rata sebanyak 500 serabi buatannya selalu habis diserbu pelanggan. "Sering juga dagangan habis sebelum jam sembilan malam. Kadang jam delapan malam sudah ludes terjual," kata Andi, Sabtu (4/12/2010).

Agar cita rasa serabinya enak, Andi sedikit membuka rahasianya. Saat proses pemanggangan dia biasa menjaga arang supaya tetap menyala dan panasnya stabil. Bara api dari kayu bakar biasanya lebih bagus untuk memanggang serabi, aroma yang keluar pun lebih sedap.

Menurutnya, membuat serabi itu sebenarnya tidak sulit. Kuncinya pada saat pemasakan di atas cetakan, harus tahu ukuran panas cetakan dengan tepat.

"Kalau terlalu panas bisa gosong, tapi kalau terlalu dingin bisa lengket di wajan pencetak serabi. Untuk memasaknya hingga matang hanya dibutuhkan waktu 3-4 menit," ujarnya.

Hebatnya, kata Andi, serabi buatannya bisa bertahan sampai satu hari bila dimasukkan ke dalam kulkas. Usaha ini pun bisa dibilang bukan usaha remeh temeh lagi, karena dari hasil dagangannya, dalam satu bulan Andi bersama rekannya bisa meraup keuntungan hingga Rp 12 juta rupiah. Tertarik mencoba?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com