Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Empuknya Sup Kikil Sapi

Kompas.com - 15/02/2011, 19:10 WIB

Depot Kikil Sapi Waru Jaya didirikan oleh pasangan Karmani (70) dan Samsu (77) sejak 30 tahun lalu. Soal rasa memang mereka jaga betul. Kini mereka mulai menurunkan ilmunya kepada Endang Suciati (44), putri tunggal mereka. Namun, Karmani masih tetap terjun langsung ke dapur di pagi hari dan ke depot setiap sore.

Sehari-hari, sebanyak 25 pasang kikil mulai diolah sejak pagi. Supaya lunak betul dan tidak amis, proses memasaknya dilakukan beberapa tahap. Awalnya, kaki sapi yang disediakan peternak Sidoarjo, Lamongan, atau Mojokerto, itu direbus setengah matang selama sekitar dua jam. Perebusan ini untuk memudahkan pembersihan bagian kulit di kaki sapi.

Setelah bersih, air rebusan dibuang. Kikil dipotong-potong dan dicuci bersih. Barulah kikil dimasak dengan bumbu-bumbu lengkap. Beberapa bumbu utama, diakui Endang, sama saja dengan komposisi sup kikil di depot lain, yaitu bawang merah, cabai merah, jahe, kunyit, bawang putih, sereh, daun jeruk, serta daun bawang untuk pemanis.

”Kalau cabai mahal, kadang ibu saya menggunakan cabai merah keriting, tapi tetap dicampur dengan cabai rawit agar warna kuah tidak terlalu merah. Rasa juga lebih sedap jika cabai tidak didominasi cabai merah keriting. Soal bumbu utama sama saja, tapi tetap hasilnya beda,” tutur Endang meyakinkan.

Tahap memasak kikil juga tidak sebentar. Proses kikil masih memerlukan sekitar empat jam sampai kikil empuk betul dan bumbu benar-benar meresap. Proses memasak kikil sudah berlangsung sejak pagi sehingga ketika warung buka, konsumen benar-benar menikmati hangatnya kuah kikil. Alhasil, sup kikil juga benar-benar empuk dan rempah merasuk sempurna.

Kikil Sapi Waru Jaya buka sejak pukul 16.00 sampai sekitar pukul 22.00 atau 22.30. Daya tampung tempat santap ini hanya sekitar 15 orang. Itu sudah termasuk meja yang ditata di trotoar. Konsumen yang makan di tempat pun tak bisa berlama-lama menikmati kikil karena antrean sudah panjang, terutama pada jam pulang kerja.

”Begitu selesai makan, ya langsung angkat kaki karena sudah banyak yang hendak makan juga. Warung ini tidak cocok untuk acara makan sambil ngobrol. Tapi, memang hanya untuk menyantap kikil,” kata Dewi (25), pegawai Pemerintah Kota Surabaya, yang menjadi pelanggan.

Pemburu rasa memang tidak perlu berpanjang-panjang omong.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com