Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PARIWISATA

Jepang Sedang Lesu, Cari Pasar Lain!

Kompas.com - 26/05/2011, 19:59 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pascagempa bumi dan krisis nuklir Jepang, tingkat kunjungan wisatawan asal Jepang ke Indonesia menurun. Menurut data dari P2DSJ-Kembudpar yang diolah dari Ditjen Imigrasi dan BPS, menunjukan jumlah kunjungan wisatawan asal Jepang di tahun 2009 adalah 469.796. Sementara di tahun 2010 turun sebesar 13,58 persen menjadi 406.011. Hal ini menunjukan penurunan sudah terjadi bahkan sebelum bencana gempa bumi.

"Jepang memang sudah drop dua tahun belakangan karena terkena krisis ekonomi. Akhir 2009, Jepang tidak bisa keluar dari krisis, akibatnya income turun. Perjalanan tetap ada, tapi mereka pilih perjalanan yang pendek. Jadi kalau kita cek kunjungan orang Jepang ke Korea jadi naik. Kalau ke Indonesia perlu penerbangan 8 jam, jarak jauh pasti lebih mahal. Yang mengalami penurunan wisman asal Jepang tidak hanya Indonesia tapi juga terasa di Australia dan Thailand," ungkap Direktur Promosi Kembudpar, Noviendi Makalam di Jakarta, Kamis (26/5/2011).

Karena itu, Kembudpar kini mengincar pasar lain. Pasar tersebut adalah India dan China. Menurut Noviendi, India memiliki penduduk yang banyak dan terdapat 300 juta warga negara India yang memiliki kekayaan setara dengan negara-negara maju di Eropa. Sehingga, ia merasa perlu menangani pasar India dengan serius.

"India melihat adanya kehebatan Indonesia. Di mata India, Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Tapi coba lihat apa saja ikon pariwisata Indonesia. Pasti ingatnya Bali lalu Yogyakarta. Di Yogyakarta ada Candi Prambanan. Jadi ikon pariwisata kita malah Hindu. Itu angle yang kita angkat, 'datang ke Indonesia yang memiliki peninggalan Hindu dan Hindu itu sendiri masih dijalankan di Indonesia yaitu di Bali'. Mereka juga suka shopping," jelasnya.

Karena itu para wisatawan asal India juga dibawa ke Jakarta dan Bandung. Ia menuturkan kendala utama adalah tidak adanya penerbangan langsung antara India dengan Indonesia. Dulu, lanjutnya, pernah ada penerbangan langsung.

"Tapi sudah tidak terbang lagi. Ini masalah serius, karena kita jadi second destination. Mereka turun dulu di Singapura, Thailand, dan Kuala Lumpur, baru terbang ke Indonesia. Kalau terbang ke Indonesia pasti harganya lebih mahal. Saya promosi terus tapi mana pesawatnya. Kalau ada yang direct, pasti lebih murah," ungkapnya.

Noviendi menambahkan salah satu maskapai nasional berencana membuka rute tersebut. Namun, lanjutnya, hingga kini pihak maskapai selalu mengatakan tidak ada pesawat.

Selain itu, menurut Noviendi, wisatawan asal RRC juga naik china juga naik. Pihaknya telah mengikuti 13 pamaeran di China.

"Selama pameran, animo masyarakat setempat sangat besar. Secara akses penerbangan juga ada yang langsung ke Beijing, Shanghai, Ghuangzou, dan Hong Kong. Saya yakin gak lama lagi bisa tembus 1 Juta. Satu atau dua tahun ini bisa tembus. Kedua negara ini kita yang tangani untuk masalah penurunan Jepang," jelasnya.

Walau begitu,  tambah Noviendi, Kembudpar tetap terus mempromosikan Indonesia kepada wisatawan Jepang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Travel Update
Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Travel Update
Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Story
10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

Jalan Jalan
Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Travel Update
Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Travel Update
3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

Travel Update
Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Hotel Story
iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

Travel Update
9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

Jalan Jalan
Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

Travel Update
6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

Travel Tips
Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Travel Update
China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

Travel Update
Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com