Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turis Kapal Pesiar Minati 7 Obyek Wisata

Kompas.com - 01/06/2011, 19:35 WIB

Selain itu, obyek wisata lain yang diincar adalah bentuk wisata yang mempromosikan sifat-sifat relawan.

"Kegiatan wisata yang selain pelesir juga memberikan sesuatu kembali kepada negara yang dikunjunginya ada unsur ekowisatanya. Misalnya Green School di Bali yang kini dipromosikan sebagai tur wisata tapi pengunjung melakukan suatu kegiatan sosial," tuturnya.

Nancy juga mengutarakan pentingnya komunikasi antara perusahaan kapal pesiar dengan instansi pemerintah di Indonesia. Hal ini masih menjadi kendala dalam kegiatan kapal pesiar selama ini.

Menurut Nancy, kendala lainnya adalah akses perjalanan darat. Ia memberi contoh di Toraja, jalanan setapaknya memang asli dan khas Toraja. Namun, di kala hujan, jalanan sangat licin dan berbahaya. "Kami memang mau tetap asli, tapi akses juga perlu memperhatikan faktor keamanan," urainya.

Kendala lain adalah kebersihan toilet. Ia mengatakan kebutuhan toilet ala barat masih minim di Indonesia. "Ini masih kesulitan di beberapa daerah. Minimal adalah toilet bersih dan tersedia kertas toilet," tuturnya.

Selain itu, restoran yang bersih pun menjadi masukan para tamu kapal pesiar saat berkunjung ke Indonesia. Apalagi, lanjutnya, orang-orang barat seperti orang Amerika Serikat cenderung makan dengan cepat. Sehingga mereka ingin makanan disajikan dengan cepat. Sementara sebagian besar restoran di Indonesia lama dalam penyajian.

"Kami juga membutuhkan sebuah atraksi budaya berupa penari atau musisi lokal. Selain itu, kerajinan tangan khas Indonesia sangat luar biasa. Saya sendiri sangat senang dengan kerajinanan Indonesia, apalagi tamu-tamu. Mungkin bisa ditata dengan rapi di pelabuhan saat mereka akan naik kembali ke kapal, para pedagang membuka stan dan menjual suvenir dengan rapi," jelasnya.

Sementara itu, sebelumnya dalam jumpa pers mengenai Seminar International Cruise Development of Indonesia, Direktur Promosi Luar Negeri Kembudpar, Noviendi Makalam menuturkan Bali masih mendominasi daerah kunjungan kapal pesiar. Selain Bali, daerah lain yang dikunjungi adalah Jawa dan Nusa Tenggara Timur khususnya Komodo. Beberapa destinasi di Indonesia yang dikembangkan adalah Bangka Belitung dan Karimun Jawa.

"Probolinggo juga menarik karena tamu asing ingin ke Bromo. Tapi pelabuhannya tidak di Tanjung Perak, karena di bawahnya ada pipa gas. Jadi ke Probolinggo. Sabang juga berpotensi karena strategis dan aman untuk kapal pesiar berlabuh. Fasilitas untuk kapal merapat itu memadai dan kedalamannya juga memadai. Sedangkan Bali itu bisa menjadi hub untuk cruise. Letaknya tepat di tengah Asia dan Australia. Bisa kita padukan Singapura ke Bali lalu putar beberapa kali di Indonesia baru kembali ke Singapura. Bisa juga dengan Sydney seperti itu. Ke depannya bisa kita kembangkan dengan Flores dan Biak," papar Noviendi.

Hanya saja, operator kapal pesiar, menurut Noviendi, masih menemukan beberapa kendala. Misalnya di Semarang pada tahun 2010, sebuah kapal pesiar pernah tersangkut. Hal ini, lanjutnya, terkait dengan kemampuan pelabuhan untuk menerima kapal pesiar.

Salah satu masukan dari operator kapal pesiar adalah Taman Nasional Komodo yang merupakan daya tarik besar bagi kapal pesiar. Noviendi menjelaskan mereka sering mempertanyakan kejelasan siapa yang sebenarnya mengelola Taman Nasional Komodo karena berkaitan dengan perizinan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com