Jakarta, Kompas -
Menurut wali kelas VI SD tersebut, Juleha, Rabu (8/6), seharusnya vaksin diberikan pada Rabu pagi kemarin. Namun, karena suhu vaksin belum stabil, penyuntikan vaksin ditunda hingga hari ini.
Pemberian vaksin demam berdarah dengue (DBD) ini masih bersifat uji coba dan baru pertama kali dilakukan di Indonesia. ”Untuk Jakarta Timur ditargetkan 200 anak mendapat imunisasi demam berdarah dan dilakukan bertahap,” tutur Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Yuniarti Suaizi di SD Negeri I.
Sebelum dilakukan vaksinasi, petugas sudah menyosialisasikan langkah ini dua bulan sebelumnya. Menjelang pemberian vaksin, orangtua siswa diminta menandatangani formulir pernyataan kesediaan anaknya divaksinasi DBD.
Yuniarti mengatakan, menurut para dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, vaksinasi ini tidak berefek samping. Ketua tim dokter vaksinasi, Rini Sekartini, menambahkan, vaksinasi demam berdarah yang dilakukan ini adalah vaksinasi pertama yang dilakukan di Indonesia. Pemberian vaksin masih dalam tahap uji coba yang merupakan hasil kerja sama antara Chimerix Yellow Fever Dengue (CYD 14) dan sejumlah negara di Asia Tenggara, seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Indonesia.
”Vaksinasi dilakukan serentak di seluruh negara di Asia Tenggara tadi,” ujar Rini.
Karena masih uji coba, tim dokter akan memantau pasien penerima vaksinasi selama lima tahun. ”Kita akan lihat efektivitas vaksin. Kalau berhasil, vaksinasi DBD akan dijadikan program imunisasi nasional,” ucap Rini.
Juleha mengatakan, setelah menerima vaksinasi, para siswa akan diminta istirahat selama setengah jam. Tim dokter akan memeriksa reaksi siswa. Setelah itu, selama tiga bulan, 200 siswa itu akan dimonitor ketat kondisi kesehatannya.
”Para guru diminta menyerahkan absen siswa penerima vaksin DBD,” kata Juleha.