Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Docang Cirebon, Makanan Para Wali

Kompas.com - 17/07/2011, 14:55 WIB

CIREBON, KOMPAS.com - Kuliner Kota Cirebon sangat kaya akan makanan menggugah selera. Empal gentong, nasi Jamblang, sate kalong hingga tahu gejrot ada di kota Udang itu.

Tetapi, ketika mendengar nama Docang dari Fenty Prawiraatmadja, public relations Hotel Grage, tempat tim Gowes menginap, tim Gowes Jurnalistik: Pantau Jalur Mudik Jakarta-Surabaya 2011 mengeryitkan alis, karena belum pernah mendengar nama makanan tersebut.

Penasaran, lantas tim Gowes menuju Warung Docang milik Ibu Wiwi (54) di Jalan Kesambi, Cirebon, Jawa Barat. Warung sederhana itu tampak ramai pengunjung pada Sabtu (16/7/2011) malam.

Menurut sang pemilik, docang itu singkatan dari kacang dibodo (dibacem) atau tempe bungkil. "Ini makanan, sehat bebas kolestrol, sayuran semua tidak pakai daging dan lemak jeroan," tutur Ibu Wiwin yang sudah berjualan docang selama 12 tahun.

Docang terbuat dari lontong yang diiris-iris kecil, ditaburi parutan kelapa muda, irisan daun singkong dicampur dengan toge yang telah direbus. Kemudian disiram kuah panas yang berisi dage (sejenis oncom) yang dihancurkan, sehingga mengapung di bagian atas kuah.

Sebelum disajikan, ditaburi kerupuk kecil-kecil berwarna putih, sehingga membuat rasa gurih semakin terasa di lidah. "Kalau yang membuat kurang terampil itu rasa kuahnya bisa pahit, dari daun singkongnya itu," kata Ibu Wiwin yang tiap hari berjualan pukul 15.00 WIB hingga 03.00 WIB itu.

Sembari mengiriskan lontong ke piring, Ibu Wiwin menceritakan kisah menarik mengenai asal muasal terciptanya makanan tersebut. Ternyata asal muasal Docang berawal sejak jaman para wali.

Dikisahkan, saat itu ada seorang pangeran yang sangat membenci para wali karena menyebarkan agama Islam di pelosok Jawa. Pangeran itu berencana untuk meracuni para wali.

"Pangeran itu yang membuat jenis makanan baru dari sisa-sisa makanan para Sultan yang tidak habis. Setelah itu dia hidangkannya ke para wali yang sedang berkumpul di Masjid Agung Keraton Cirebon," kisah Ibu Wiwin.

Akhirnya, rencana jahat itu berhasil. Docang yang disuguhkannya itu dimakan para Wali. Tetapi ajaibnya, racun yang dicampurkan ke dalam docang itu tidak berpengaruh. Bahkan, setelah memakan docang itu, para wali justru menyukai masakan tersebut.

"Makanya sampai sekarang makanan ini masih menjadi makanan khas Kota Cirebon karena dikenal sebagai makanannya para wali. Apalagi kalau menjelang puasa dan Maulid Nabi Muhammad SAW, pedagang docang pasti banyak kumpul di sekitaran Masjid Agung, dan keraton, karena sejak dulu tradisinya sudah seperti itu," tuturnya.

Jadi, jika Anda mengunjungi Kota Cirebon, jangan lupa mencoba makanan kesukaan para wali ini. Gurihnya sangat pas untuk dicicipi pada pagi atau malam hari. Apalagi, harga yang sangat murah, hanya Rp 5.000 seporsi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

    Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

    Jalan Jalan
    Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

    Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

    Travel Update
    Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

    Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

    Travel Update
    Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

    Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

    Jalan Jalan
    10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

    10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

    Jalan Jalan
    Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

    Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

    Travel Update
    Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

    Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

    Travel Update
    Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

    Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

    Travel Update
    Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

    Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

    Travel Update
    World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

    World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

    Travel Update
    Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

    Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

    Travel Update
    Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

    Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

    Travel Update
    5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

    5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

    Jalan Jalan
    Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

    Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

    Travel Update
    Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

    Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

    Travel Tips
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com