Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Magelang Promosikan Bangunan Tua

Kompas.com - 18/07/2011, 20:00 WIB

MAGELANG, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Magelang akan terus mempromosikan bangunan tua menjadi salah satu tujuan wisata yang ada di Kota Gethuk ini. Salah satu upaya yang akan dilakukan yaitu dengan mengundang biro perjalanan wisata (BPW) yang ada di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Pemkot Magelang, Jawa Tengah, Joko Soeparno, Senin (18/7/2011) mengatakan, pihaknya berharap melalui BPW wisatawan mancanegara, baik yang dari Semarang maupun Yogyakarta setelah mengunjungi Candi Borobudur bisa mampir melihat bangunan kuna di Kota Magelang.

"Ke depannya kita juga akan menambahkan berbagai kesenian daerah dan makanan khas sebagai pelengkap wisata heritage ini," katanya.

Selain itu, terang Joko, khusus kepada BPW dari Semarang, akan menawarkan rute dalam kota. Sebelumnya mereka membawa turis lewat jalan lingkar Urip Sumoharjo jika akan menuju Borobudur. Pihaknya berharap nantinya rute tersebut bisa diubah.

"Jika melalui jalan lingkar, wisatawan hanya melihat satu bangunan kuna, yaitu Rumah Sakit Jiwa Magelang. Lewat dalam kota mereka bisa melihat komplek militer, tanggul Kali Kota, Plengkung, menara air, Kantor Polres Magelang Kota dan sebagainya,' ujarnya.

Sementara itu, pengamat bangunan tua yang juga kandidat Doktor Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengatakan, potensi heritage di Magelang sangat luar biasa. Namun hal tersebut belum dimanfaatkan secara dengan maksimal. Bahkan untuk upaya pemeliharaannya, pemerintah belum memberikan perhatian.

"Banyak bangunan tua yang terbengkalai dan kurang terawat, padahal itu bisa menjadi salah satu aset wisata," katanya.

Joko melihat kurangnya upaya perlindungan tersebut diakibatkan pemerintah selama ini terlalu melakukan perhitungan ekonomi. Menurut Joko, jika memang benda maupun situs cagar budaya yang memiliki sejarah yang tinggi tentunya komplek yang ada di sekitarnya perlu diperhatikan.

"Permasalahan ini memang bukan sepele tapi ini masalah besar, jika pemerintah mempunyai perhatian upaya perlindungan ini seharusnya sudah diupayakan sejak lama," jelasnya.

Joko menjelaskan, jika kendala pemeliharaan tersebut berasal dari minimnya alokasi Pendapatan Asli Daerah (PAD), hal itu bisa disiasati dengan menjadikan bangunan tersebut sebagai tempat wisata. Apabila digarap serius, situs dan benda cagar budaya di waktu yang akan datang pasti juga akan membawa manfaat secara ekonomi. Kalau harapannya hanya bisa menghasilkan dalam waktu yang dekat tentunya itu sangat tidak mungkin.

"Contohnya Candi Borobudur, candi tersebut dulunya merupakan hanya sebuah tempat ibadah umat Buddha yang terbengkalai, namun karena adanya perawatan secara serius dan manajemen yang tertata, akhirnya saat ini bukan hanya tempat untuk ibadah namun juga menjadi tempat wisata berskala international," kata Joko.

Lebih lanjut Joko mengatakan, Jawa Tengah yang berada di sekitar wilayah Magelang merupakan pusat kerajaan Mataram Kuno, tentunya banyak sekali situs-situs kuno yang masih belum terungkap fungsi dan kegunaannya hingga kini.

Menurut Joko, masyarakat sangat mendukung upaya pemeliharaan benda-benda cagar budaya. "Benda cagar budaya yang ditemukan saat ini, tentunya bukan hanya sebatas penemuan semata, namun juga harus ada langkah-langkah kelanjutannya untuk mengetahui tingkat kepentingan benda tersebut terhadap sejarah," lanjutnya.

Kalau benda itu mempunyai kaitan sejarah yang kuat, maka itu harus dikembangkan lebih lanjut dan perlu diamankan, namun apabila benda tersebut baru diketahui dan dimungkinkan tidak ada kaitannya dengan sejarah, maka perlu dilakukan pendataan untuk dikembangkan lebih lanjut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com