Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Rusia Pun Bermimpi Naik Haji

Kompas.com - 11/08/2011, 16:19 WIB

KOMPAS.com — Jangan pernah mengira hanya kita yang bermimpi naik haji. Sebelum Islam datang di Indonesia, orang Rusia sudah mulai geregetan ibadah haji. Seiring dengan jumlah Muslim yang membengkak, kini mereka menuntut kuotanya ditambah.

Wanita desa setengah baya bernama Nailya Mukharmetova pada 3 Desember 2009 menangis sesenggukan karena ia akhirnya bisa terbang dari bandara Seremetevo di Moskwa menuju Jeddah untuk menunaikan ibadah haji. Wajah Ilya, begitu ia biasa disapa, yang putih, tiba-tiba merona kemerahan.

"Demi Allah, inilah perjalanan paling penting dalam hidup saya di dunia," katanya lirih. Perempuan kampung tersebut rupanya telah menunggu hampir sepuluh tahun sampai kesempatan itu tiba.

Mimpi indah akhirnya dikabulkan Tuhan setelah ada uluran tangan seorang dermawan. Baginya, haji bukan sekadar menjalankan kewajiban rukun Islam kelima, melainkan lebih merupakan cara memaknai hidup karena ia telah paham semua doa yang keluar dari mulut dan hatinya.

Ibadah haji juga merupakan pertemuan berbagai bangsa bagaikan aliran sungai Muslim menuju lautan surga. Menyebut labbaik allahumma labbaik tidak sekadar lafal pemenuhan panggilan Ilahi ke Tanah Suci, tetapi sebuah proses untuk meningkatkan kualitas hidup di dunia.

"Dalam haji, hati saya sangat gembira dan jiwa saya begitu emosional. Saya benar-benar telah bertatap muka dengan Allah SWT dan Nabi Muhammad," kenang wanita berjilbab ini. Itulah sekelumit cerita tentang lamunan dan pengalaman haji seorang Muslimah dari sebuah desa di Rusia. Sejak dulu hingga kini, setiap tahun terdapat ribuan Muslim Rusia yang memiliki lamunan dan mimpi yang sama. Dalam bayangan mereka, naik haji adalah sebuah tangga menuju perbaikan hidup dan kendaraan untuk bisa memasuki surga yang dijanjikan. Tidak perduli kesulitan yang mesti ditempuh.

Menurut Vaiulla Khazrat Yakoupov, pasca-masuknya Islam di wilayah Rusia pada tahun 22 Hijriyah, muncullah banyak kekhalifahan di Rusia, seperti Volgian Bulgaria, Golden Horde, Kazan, Astrakhan, Nogai Horde, dan beberapa di wilayah Kaukasus. Sejak saat itu, mulailah orang menunaikan rukun Islam kelima walau hanya dari kalangan kerajaan, ilmuan, dan para pebisnis.  

Dalam sebuah catatan sejarah, seorang ratu dari Kazan bernama Nursultan berhaji pada tahun 1494 melalui Laut Hitam dan Kairo. Setelah pulang, semua komunikasinya di Rusia menggunakan sebutan Ratu Azi (Ratu Haji). Bahkan kala umurnya 70 tahun (1517), ia naik haji untuk kali kedua. Pada 1524, Raja Kazan, Khan Sakhipgerey, bahkan bersedia menyerahkan tampuk kekuasaannya kepada keponakannya, Safagerey, hanya karena akan menunaikan ibadah haji via Istambul.  

Abad ke-19 diwarnai adanya kelompok agama tertentu yang merayu pemerintah agar haji dihentikan. Saat itu, isu yang diembuskan bahwa haji hanya memberikan keuntungan materiil bagi Turki yang kemudian digunakan untuk pembelian peralatan perang. Rupanya Pemerintah Rusia mengabaikannya dan haji tetap bisa dijalankan melalui tiga jalur, yakni Kaukasus-Turki-Bagdad-Mekkah, Smarkand-Afganistan-Kabul-Jeddah, serta Laut Hitam-Istambul-Suez-Jeddah. Rute ketiga merupakan jalur paling disukai dan ditempuh hingga 2.500 anggota jemaah karena lebih mudah dan lebih pendek jaraknya.

Waktu itu, perjalanan melalui jalur pertama menelan biaya 100 rubel sedangkan kedua dan ketiga sebesar 300-an rubel. Pada tahun 1894, sebuah survei yang dilakukan oleh Konsulat Russia di Jeddah menunjukkan bahwa pada tahun itu terdapat 3.400 orang Rusia yang menunaikan haji.  

Semasa partai komunis merajai Rusia, terjadi fluktuasi orang yang naik haji. Mulai tahun 1930-an, jumlah haji Rusia melorot tajam. Menurut pihak penguasa, hal ini lebih disebabkan oleh dampak perang yang terus berkecamuk.

Jemaah haji Rusia yang umumnya menggunakan kapal tidak bisa melewati selat Bosporus dan Konstantinopel karena keduanya dikuasai oleh Inggris dan Perancis. Dengan berbagai cara, haji dari Rusia dimulai lagi pada tahun 1945 yang sampai tahun 1990-an hanya berjumlah 900 orang.  

Di balik itu semua, rezim komunis memang terkenal sangat anti-agama. Baik Kristen Ortodoks maupun Islam mendapatkan tekanan sangat kuat. Banyak gereja dan masjid dihancurkan. Buku-buku agama juga dienyahkan. Tidak boleh ada pengajaran agama apa pun. Dakwah keislaman hanya bisa dilakukan melalui bisik-bisik dan di dalam keluarga. Berhaji juga pasti bukan perkara mudah.

Lalu bagaimana situasi naik haji bagi orang Rusia pasca-Perestroika dan Glasnost?

(Bersambung/ M Aji Surya, diplomat lndonesia pada KBRI Moskwa, ajimoscovic@gmail.com)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com