Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusuri Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Kompas.com - 17/08/2011, 18:43 WIB

Saat ini, apabila pengunjung berjalan sedikit ke halaman belakang museum, masih bisa menemukan sebuah bungker rahasia. Jika menyusuri bunker tersebut lebih jauh dan menuruni anak tangga, pengunjung akan bertemu dengan sebuah kamar rahasia selebar 5 meter dengan panjang 3 meter dan tinggi sekitar 1,5 meter.

"Di sini dahulu digunakan oleh Tuan Laksamana Maeda untuk menyimpan barang-barang berharganya, juga berbagai dokumen penting kenegaraan, karena saat itu beliau masih menjabat sebagai kepala penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat Jepang," tutur Imron.

Replika

Seluruh isi dan bangunan yang ada di museum ini masih terawat dengan baik. Sayangnya, seluruh furnitur yang ada di dalamnya saat ini bukan lagi barang-barang asli seperti pada saat masa kemerdekaan. Sebut saja mebel di ruang rapat, piano, rak loker, dan seperangkat meja dan kursi tamu, yang semuanya merupakan replika.

"Karena saat Indonesia merdeka tahun 1945, rumah ini sempat dijarah, termasuk semua bukti sejarahnya, maka dibuatlah replika. Tetapi, untuk posisi semua barang tidak diubah, seperti replika piano di bawah tangga yang dianggap penting, karena Soekarno menandatangani teks proklamasi di atas piano tersebut," ungkap Imron.

Pada 2002, pengurusan Museum Perumusan Naskah Proklamasi berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Museum ini dibuka untuk umum setiap hari, kecuali Senin dan hari-hari besar. Pengelola museum selalu mengadakan berbagai kegiatan bersifat edukatif, seperti dialog interaktif kesejarahan, pemutaran film dokumenter, dan pameran tokoh pergerakan nasional.

Terlebih setiap bulan Agustus, pengelola museum selalu menggelar acara menyambut Hari Kemerdekaan RI. Acara tersebut adalah Napak Tilas Proklamasi yang menjajaki Museum Joang ‘45, lalu bergabung di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, dan puncak acaranya dilaksanakan di Tugu Proklamasi. Banyak orang setiap tahun menantikan acara ini.

Tiket masuk museum ini pun tergolong sangat murah karena tak sampai Rp 1.000. Dengan harga semurah itu, Anda dan keluarga sudah dapat menikmati perjalanan wisata sejarah yang menyenangkan.

"Biasanya pengunjung banyak berdatangan setiap Sabtu dan Minggu, bahkan banyak pula wisatawan dari mancanegara sengaja datang untuk mengetahui peristiwa sejarah Indonesia ini," kata Imron.

Sementara itu, lanjut Imron, pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 berlangsung di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No 56, Jakarta Pusat. Kini, gedung tersebut tersebut telah menjadi Tugu Proklamasi. Saat membacakan naskah proklamasi, Bung Karno tengah menjalankan ibadah puasa dan sama persis dengan HUT Kemerdekaan ke-66 Indonesia tahun ini, yang bertepatan dengan bulan Ramadhan.

"Saya berharap agar kita bisa lebih khusyuk dalam merenungi, memahami, dan menyadari perjuangan para founding father, yang mengorbankan jiwa dan raganya demi terciptanya Indonesia merdeka. Jangan mau lagi kita dijajah bangsa lain, terlebih jika dijajah oleh diri sendiri," ungkap Sri Wulan Suyitno, salah satu tokoh pejuang ’45 dari Laskar Putih Indonesia ketika mengikuti napak tilas ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com